Sabtu, 14 Juni 2008

Kenangan Bersama Surya


Kenangan Bersama Surya

Sesama Pria gay homo hombreng 69 sodomi oral seks KENANGAN BERSAMA SURYA Kubuka reslueting celana Surya perlahan sampai tinggal CD-nya dengan tonjolan kejantanannya yang telah menegang. Surya pun langsung melucuti pembungkus tubuhku, sampai akhirnya kami berdua telanjang bulat. Kami berdua langsung mengambil posisi 69, Surya langsung.. Sebut saja aku Toni, perasaanku suka terhadap sesama jenis (pria), yaitu sejak aku duduk di bangku SMP. Setiap kali aku melihat temanku yang tampan atau guruku yang muda/tampan, perasaan kelelakianku selalu berdesir, dan aku langsung membayangkan betapa indahnya jika dapat bersenggama denganya.Sampai aku menginjak dewasa, perasaan tersebut terus bergejolak dan kubawa perasaan tersebut dengan rileks saja, hanya aku takut untuk mengungkapkannya dan menyalurkannya. Jalan keluarnya aku suka melakukan onani di dalam kamarku membayangkan ketampanan dan keperkasaan lawan jenisku tadi.Sampai suatu ketika aku kuliah di suatu PTS di Jakarta Pusat, sengaja aku ambil kuliah malam agar aku dapat kerja di siang harinya, disamping itu aku akan dapat teman laki-laki yang sudah terbentuk yang mempunyai pandangan luas. Pada saat hari pertama masuk kuliah, sengaja aku datang lebih awal agar mendapat informasi lebih dulu dimana kelasku dan sebagainya. Akan tetapi saat aku sedang membaca informasi mengenai mahasiswa baru, tiba-tiba di sampingku ada sesosok tubuh yang dengan aroma kejantanannya yang khas mengundang kelelakianku bangkit, yang sangat beda selama ini kurasakan.Setelah kucuri pandangannya dan sedikit melupakan tugas utamaku tadi, dia menghilang dari pandanganku. Dia tidak terlalu tampan seperti lelaki yang pernah kuhayalkan, tapi dia sungguh mempunyai kharisma tersendiri, dengan tinggi badan 170 cm dengan berat yang ideal. Lalu kubuyarkan lamunanku, aku segera menuju kelasku. Tapi apa yang terjadi, desiran kelakianku timbul kembali karena aku melihat dia ada pula di kelasku. Sengaja aku segera mengambil posisi duduk di dekatnya. Tanpa kusadari dia menyodorkan tangannya untuk memperkenalkan diri."Surya namaku, namamu..?"Spontan kusebut, "Toni."Lalu dilanjutkan dengan percakapan yang lainnya, sampai akhirnya ditawarilah aku untuk singgah ke tempat kostnya.Singkat cerita, setelah aku ijin dengan orangtuaku lewat telepon untuk tidak pulang malam ini, aku sudah berada di kostnya Surya. Malam semakin larut, aku segera minta ijin membaringkan tubuhku. Surya hanya mengangguk, karena dia pun rasanya sudah lelah. Surya lalu melucuti pakaian kerjanya dan menggunakan celana pendeknya dengan badan tidak terbungkus. Dengan pandangan itu, kelelakianku langsung berdesir, apalagi melihat dadanya yang bidang dengan ditumbuhi bulu-bulu tipis di dadanya dan daerah pahanya yang ditumbuhi bulu yang hitam dan lebat, serta aroma kelalakiannya yang khas itu."Ton.., kok benggong begitu kamu metatapku, kamu suka sama aku ya..? Jangan Ton, nanti ketagihan dan keterusan."Aku hanya terdiam."Ton.., buka saja bajumu dan celana panjangmu kalau kamu kegerahan, sorry ya aku sudah terbiasa tidur seperti ini."Aku segera membuka celana panjangku, untung aku pakai celana pendek.Surya langsung mematikan lampu kamarnya, dan menggantinya dengan keremangan 5 watt. Dia berbaring di sampingku."Ton, kamu sudah punya pacar..?" tanya Surya untuk penghantar tidurku.Langsung kujawab, "Belum, memangnya kenapa, kamu Sur..?" tanyaku balik."Sudah.." jawabnya.Hancurlah harapanku, ternyata Surya bukan lelaki yang kubayangkan sebelumnya.Aku diam sesaat.Tapi kemudian tangan kanan Surya langsung mendarat di pahaku dan meremasnya dengan perasaan lembut, dan terucap kalimat dari mulut Surya, "Aku sangat rindu dengan kekasihku."Aku hanya terdiam sambil merasakan betapa lembut remasannya sampai langsung menegang kejantananku. Tanpa kurasakan Surya telah melumat bibirku dan meremas kejantananku yang sudah menegang.Aku langsung berkata, "Sur.., jangan..!"langsung dijawab, "Sudahlah.., aku tau kok perasaanmu dari tadi.."Aku langsung balas lumatan bibirnya Surya, tanganku segera mengelus dadanya yang bidang dan berbulu halus. Semakin berani saja Surya setelah mendapat sambutanku. Lumatan bibirnya terus menelusuri leherku, kupingku tidak sejengkal pun yang terlewatkan, sampai akhirnya dia telah menelanjangiku. Puting susuku sesekali dihisap dan digigit, sampai aku mengelinjang."Sur, terus Sur.., terus-terus, enak ach.. ach.. ach.." desahku.Dengan tangannya mengelus batang kemaluanku sampai lubang duburku, rasanya aku melayang ke udara menahan rasa enak.Akhirnya lumatan bibirnya sampai pula ke selangkanganku, dan Surya mulai memainkan bibirnya dengan melumat dan menyedot batang penisku serasa makan ice cream. Sesekali ujung helmku dipelintir dengan lidahnya."Sur, aku tak tahan Sur..!""Bles..!" masuk sudah seluruh batang kemaluanku ke dalam mulut Surya.Dengan gerakan turun naik, hisapan mulut Surya terus mengocok-ngocok batangku tanpa mengalami hambatan. Memang batang kemaluanku tidak terlalu panjang dan besar (dengan ukuran standar kebanyakan orang punya). Selain menghisap, jari tangan telunjuknya telah masuk pula ke duburku.Rasa nikmat atas permainan hisapan Surya tidak dapat diceritakan."Surya.., Surya..," desahku, "Aku tak tahan Sur..!"Semakin mengeras saja batang kemaluanku ini dan berdenyut, "Sur, Sur.." desahku, "Creet, creet, creet..!" Aku tidak kuasa menahannya dan cairan kental berwarna putih pun keluar dan dibersihkan oleh lidahnya Surya bak menghabiskan sisa-sisa makanan yang disukainya dan ditelannya pula.Setelah seluruh persendianku mengendur, tanpa merasa ego aku kasihan kepada Surya yang telah menservice aku barusan. Dengan bermodalkan khayalanku selama ini dan video-video gay yang pernah kutonton, aku langsung merangsang ketiak Surya dan kugigit serta jilat. Khas aroma kelelakiannya semakin membuatku bergairah saja. Kugigit pula puting susunya serta kuhisap-hisap bak si kecil sedang menenen pada ibunya."Ton terus, Ton terus, enak Ton..!" terdengar pinta Surya mengerang keenakan."Ach-ach.., ach tank's Ton." desahnya kembali sambil memainkan batang kemaluanku yang mulai menegang kembali.Tanpa pikir panjang kuambil posisi 69. Ternyata dalam keremangan 5 watt aku dikejutkan dengan pemandangan Surya yang juga telah telanjang bulat. Pemandangan yang indah yang baru pertama kulihat langsung, batang kemaluan Surya sungguh dahsyat dengan panjang kurang lebih 20 cm yang dikelilingi bulu hitam yang lebat, sampai buah kejantanannya ditumbuhi pula. Langsung saja kejantanannya Surya kulumat, tidak sanggup kerongkonganku menampung besarnya dan panjangnya penis Surya, tapi kunikmati dengan permainan lidahku."Terus Ton, terus Ton..!"Pantat Surya menekan kepalaku, dengan sesekali kutelan sampai habis buah kemaluannya dan kulumati bagaikan mengulum permen kojek. Dan terus kuhisap turun naik sambil kukocok perlahan batang yang panjang itu."Ach, ach.. ach..!" terdengar desiran dari mulut Surya menahan nikmatnya hisapanku, dan akhirnya semakin membengkak dan mengeras batang kemaluan Surya.Dan, "Creet.., cret.., creet..!" cairan hangat tumpah di mulutku sampai aku tidak dapat bernapas dan banyak tertelan, karena Surya menahan kepalaku dengan jepitan pahanya."Sungguh luar biasa Ton permainanmu..!" akhirnya kami pun kelelahan sampai tertidur.Aku terkejut terbangun, aku berpikir dimana aku. Kulihat diriku masih telanjang bulat, Surya hanya tersenyum melihatku. Setelah aku mandi dan bersih-bersih sudah tersedia kopi susu hangat yang disediakan oleh Surya."Ton jujur saja ya, kamu sering melakukan seperi semalam..?" tanyanya.Spontan kujawab, "Itu.. pertama yang kulakukan."Rasanya Surya tidak percaya. Cerita punya cerita ternyata Surya pun baru pertama melakukannya, hanya dengan berbekal pengalaman melihat video CD porno. Surya pun mempunyai perasaan yang sama denganku, hanya Surya masih mempuyai rasa nafsu pula terhadap lawan jenisnya (wanita), dan dia menganjurkan aku supaya sedikit-sedikit suka pula terhadap wanita.Semenjak kejadian itu, aku semakin akrab dengan Surya. Kami bagaikan adik dan kakak serta bagaikan suami dan istri kalau ada kesempatan untuk ber-ML. Dan aku pun dikenalkan dengan calon istrinya, tidak ada seorang pun yang tahu mengenai hubungan kami kecuali aku dan Surya. Dan aku tidak pernah melewati jika ada kesempatan untuk bercumbu bagaikan suami istri.Tiga tahun sudah aku berhubungan dengan Surya, dia sangat perhatian dan sayang kepadaku, tapi dia juga mencintai calon istrinya. Calon istrinya Surya pun tidak pernah curiga terhadapku, karena aku dan Surya sangat pandai menyimpan rahasia itu. Pada suatu ketika, aku diajak week-end ke Bandung, aku menginap di sebuah hotel."Ton.." Surya membuka pembicaraan, "Sengaja kamu aku ajak kesini karena ada yang ingin kusampaikan..,"Kupotong ucapan Surya, "Mengenai apa Sur..?""Ton, aku harap kamu dapat mengerti perasaanku.." aku pun pasti mengerti perasaanmu."Sorry.. Ton, bulan depan aku akan menikah dengan Euis pacarku itu."Bagai petir menyambar ke telingaku di siang bolong, aku hanya terdiam dan sedih. Surya langsung memelukku."Ton.., kamu tak usah kuatir, kamu tetap teman specialku, ingat kesepakatan kita dulu dan pesanku, kamu juga harus mempunyai keluarga."Tanpa buang waktu kudekap tubuh Surya, "Aku sangat mencintaimu, kamu terlalu baik buatku."Kujilati lehernya, kulumat bibirnya, kuremas-remas bagian celana yang mengandung dan menyembunyikan kemaluan Surya. Surya pun akhirnya menerima rangsanganku.Kubuka reslueting celana Surya perlahan sampai tinggal CD-nya dengan tonjolan kejantanannya yang telah menegang. Surya pun langsung melucuti pembungkus tubuhku, sampai akhirnya kami berdua telanjang bulat. Kami berdua langsung mengambil posisi 69, Surya langsung mengulum dan melahap batang penisku dan dihisapnya dengan penuh perasaan. Sesekali buah kemaluanku dikulumnya."Sur.., nikmat SUR..!" desahku, "Enak Sur.., terus Sur, terus.., terus..! Ach, ach.. ach.."Tiba-tiba saat aku sedang menikmati kuluman mulutnya Surya, Surya menghentikannya dan langsung bangkit berdiri. Kulihat batang kemaluannya yang panjang dan besar itu menegang keras, langsung aku tidak sia-siakan dan kusambar. Kulumat dan kuhisap dengan penuh perasaan dengan ayunan mulutku. Surya pun mengerang, "Ach.., ach.., ach.., enak Ton..!"Ditariknya batang kejantanannya, dan Surya berkata padaku, "Ton, kamu mau tidak kumasuki duburmu..?""Tapi Sur.., kan sakit..!""Ya kita lakukan pelan-pelan, nanti gantian.""Ton, aku pun belum pernah melakukan itu percayalah, bagaimana kalau kita coba sekarang..?"Dengan bernafsu dikangkanginya kakiku, dielus-elus duburku dengan lotion yang ternyata telah disiapkan oleh Surya. Dengan merasakan nikmatnya permainan tangan Surya ke duburku, sampai tidak sadar aku kalau batang kejantanan Surya yang besar dan panjang itu mulai diarahkan perlahan ke duburku."Sur.., sakit Sur..!""Tahan sedikit Ton."Surya menghentikannya sejenak, dan aku pun mengambil napas panjang. Dan diarahkan kembali batang kemaluannya Surya ke duburku, dan dengan perlahan-lahan."Tahan dikit Ton, tahan Ton..!"Aku menahannya dan, "Bless..!" masuk sudah kepala kemaluan Surya beserta batangnya. Dihentikan sejenak, lalu Surya mulai mengoyangnya maju mundur. Walaupun awalnya sakit, tapi Surya terus memaju-mundurkan batang kemaluannya yang panjang, terkadang masuk keseluruhan, terkadang setengah."Sur, Sur, Sur.., enak, ach ach ach..!"Sungguh luar biasa gesekannya, dua kali lipat enaknya dari dihisap.Akhirnya Surya merintih menahan nikmat, terdengar desisannya, "Ach, ach.., ach, enak Ton."Kurasakan batang kemaluan Surya semakin besar dan mulai berdenyut, semakin cepat pula Surya memaju-mundurkan kejantanannya itu.Dan, "Ton, aku tak tahan Ton..!" rintih Surya.Kurasakan semburan cairan hangat telah membanjiri duburku. Surya terkulai lemas ditahannya penisnya di dalam duburku.Setelah istirahat sejenak, kuambil posisi gantian, sekarang aku yang memerawani dubur Surya. Karena batang kemaluanku tidak terlalu besar dan panjang, sehingga tidak mengalami kesulitan untuk masuk ke dubur Surya. Ternyata memang sungguh nikmat, memasuki dubur perawannya Surya.Aku pun langsung mengerang, "Ach.., ach.., ach..!"Kumaju-mundurkan batang kemaluanku. Surya pun merintih menahan nikmat. Kugoyang terus sampai akhirnya muncrat sudah larva maniku membasahi dubur Surya. Kami pun terkulai lemas dan tertidur.Akhir hari yang kutakutkan tiba pula disaat pernikahan Surya dan Euis. Walaupun aku sangat terpukul, tapi bagaimanapun Surya terlalu baik untukku, dia tidak perhitungan dalam segala hal, terlebih-lebih soal materi. Biarlah dia bahagia bersama istri yang dicintainya. Hanya yang tidak kulupa pesan dari Surya yaitu, aku pun harus menikah nanti. Semenjak itu perlahan-lahan aku dan Surya jarang bertemu, kalaupun bertemu sebulan sekali, itupun belum pasti dan selalu kumanfaatkan untuk ber-ML.Aku pun setahun kemudian menikah dengan wanita yang kucintai, dan kukabarkan Surya jauh-jauh hari. Betapa gembiranya dia mendengar kabar itu. Surya segera menghubungiku untuk berkenalan dengan calon istriku, dan dia pinjam kepada calon istriku untuk mengajakku ke luar kota. Dan aku pun pergi bersama Surya ke Bandung tempat dimana aku dan Surya saling merawani dubur masing-masing, dan ternyata disitu aku melakukan ber-ML untuk yang terakhir kali.Saat kami berpisah, Surya mengatakan bahwa dia tidak dapat hadir dalam pernikahanku karena dia harus tugas dinas ke Malaysia, aku pun mengerti. Dia hanya titip bungkusan ini untuk modalku nanti, tapi dengan syarat harus dibuka di rumah. Setelah kubuka di rumah, ternyata sejumlah uang yang tidak ternilai harganya, dengan pesan terakhir, "INI UNTUK MODAL KALIAN BERDUA-SEMOGA BAHAGIA."Sungguh terlalu baik memang Surya untukku, dia tahu bahwa aku berani menikah disaat aku belum mendapatkan pekerjaan tetap. Semoga Surya (bukan nama aslinya) di Malaysia membaca situs ini, aku sangat rindu padanya. Mungkinkah ada Surya-Surya lainnya yang mengerti perasaanku?


Kenangan Bersama Rio

Ini pengalaman yang benar-benar terjadi pada diriku. Nama ku sebut saja Afdhal (bukan nama sebenarnya). Umurku sekarang 25 tahun. Aku tinggal disalah satu kota di pulau Sumatera. Aku merupakan lulusan sekolah yang dididik dengan sistem semi meliter dan tinggal diasrama. Kini aku telah menjadi pegawai pemerintahan disuatu instansi di sebuah kota di Sumatera. Baiklah aku akan menceritakan pengalaman yang tak pernah akan terlupakan olehku.Setelah tamat SMP, aku diterima disuatu sekolah yang didik dengan semi meliter yang berada di luar propinsiku. Kami tinggal diasrama dengan aturan yang sangat ketat dari pembina dari Angkatan dan para guru-guru kami. Kami siswa sekolah tersebut memang cowok semua. Saat aku Kelas 1 semua berjalan seperti biasa. Namun sewaktu di kelas 2, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya terjadi. Awalnya karena kami tinggal diasrama dan tidur, makan, mandi dan lain sebagainya dilakukan secara bersama-sama.Kebetulan dalam pergaulan sehari-hari aku mempunyai teman akrab sebut saja namanya Rio. Kami kebetulan satu kamar (satu kamar terdiri dari 10 siswa). Sehingga dalam menjalankan tugas sering dan kemana2selalu berdua. Keakraban diantara kami sudah sangat erat bak adik dan kakak, sehingga tidak ada rahasia-rahasiaan lagi diantara kami. Pada mulanya keakraban kami berjalan normal-normal saja, namun suatu ketika keakraban itu berubah.Memang karena sering dilatih olahraga, menyebabkan body kami atletis, Roy memliliki ketampanan yang luar biasa wajahnya putih bersih, dadanya bidang. Demikian juga aku. Kami dapat dikatakan memiliki tubuh dan wajah yang nyaris sempurna, Kata teman2 kalo aku tersenyum manis sekali. Dan pernah kata teman2ku lagi "Sayang ya kami ini cowok, kalo kami cewek tentu kami mau jadi pacarmu. Aku tesipu saja mendengar ocehan mereka.Kamar kami memiliki 2 kamar mandi yang tertutup dan satu bak mandi diluar dalam keadaan terbuka. Suatu pagi hari senin kami diharuskan mengikuti upacara. Sehingga seluruh siswa bersiap2 mandi agar tidak terlambat, termasuk yang ada dikamar kami yang berjumlah 10 orang, Mengingat waktu mendesak Aku dan Roy bergegas ke belakang kekamar mandi. Eh tau nya teman2 sudah duluan, 2 kamar mandi telah terisi.Di bak mandi diluar 6 orang teman ku yaitu Ade, indra, Debby, Dio, Arif dan Setyo sedang mandi bersama. Kulihat mereka sedang asyik mandi bersama mengelilingi bak tanpa celana dalam alias bugil kecuali si Arif. Memang itu suatu hal yang biasa diasrama kami. Arif memang agak pemalu. Biasanya dia mandi di kamar mandi tertutup seperti juga kebiasaanku dan juga Rio. Tapi mengingat waktu yang mendesak ia mandi diluar hanya mengenakan CD saja. Yah melihat pemandangan dimana seluruh cowok2 ganteng telanjang dan berbody sempurna membuat aku gerah juga.Sampai salah satu diatara mereka nyeletuk Hei Afdhal, Rio gabung mandi disini dong. Tapi kami cuek aja. kami hanya melihat mereka mandi ber enam." Hei teman2 mau lihat atraksi spektakuler ngakk "? kata Dio tiba-tiba. Kami semua penasaran. Atraksi apa tuh? kata kami serempak. 'Mau dong' sambung kami. "Ini lho " kata Dio sambil dia berangsur mendekati Debby. Keduanya saling berhadapan. Kami semua menahan nafas karena kedua kemaluan bersentuhan. Langsung Dio memeluk dan mencium Debby yang memang tampangnya imut2. "Apa-apan nich" kata Debby. "Lihat ajalah nanti, kau pasti senang" kata Dio.Lalu Dio setengah jongkok dihadapan Debby, dan tangannya menyentuh kemaluan Debby. "Kami dan terlebih lagi Debby terkejut menyaksikan "atraksi" itu. Kau apakan kontol ku? tanya Debby ragu2. Kami lihat kemaluannya semakin menegang dan berangsur2 membesar dan panjang. "Mau dihisep enggak? tanya Dio. Namun belum sempat Debby menjawab, Rio telah memasukkan kontol Debby ke mulut Dio. Terlihat Debby mengerang. Dio langsung mengulum dan menggerakkan kontol Debby maju mundur di mulutnya. Terlihat Debby tak kuasa menolak.Mungkin karena sudah terangsang dan merasa keenakan. Sedangkan kami dan temaan2 yang lain menyaksikan kejadian tersebut dengan seksama. "Eh, Deb Gimana Rasanya kontol lho digituin? tanya Indra nekad. Egh.. egh.. enak banget Ndra kata Debby yang nampaknya sudah sangat menikmati "ulah" Dio tersebut. Kulihat kemaluan teman2 yang nampak oleh mataku sudah berdiri dan menegang semua, termasuk kemaluanku yang masih terbungkus dalam celana. Kulihat mereka tak tahan mungkin memegang kontolnya masing masing2.Akhirnya Debby mendesah dan berkata Agh.. agh aku mau keluar nich.. Dio. Kata Debby se tengah menjerit. Akhirnya Dio melepas kontol Debby dari mulutnya, dan Crot.. crot.. crot.. dari Kontol Debby keluarlah cairan hangat menyembur wajah Dio. Dio dan Debby kulihat sama2 tersenyum puas. Selanjutnya kudengar Dio berkata " Eh teman2 cobain dong seperti kami tadi. Asyik lho Kan enggak apa2 untuk nambah variasi dan pengalaman. He.. he.. he..Kulihat mereka saling berpandangan, "Ayo" kata Dio lagi. Dan kini kulihat si Indra mulai mendekati Ade dan si Seyo mendekati Arif. Mereka berpelukan dan Indra kulihat segera mengulum kontol. Ade. Ade menggelinyang keenakan. Dan si Setyo segera membuka CD Arif yang langsung nampat keluar tonjolan besar warna putih disertai bulu2 lebat disekeliling kontol Arif.Kuperhatikan mereka saling beraksi dengan penuh gairah. "Hei apalagi kalian Dhal, Rio? Kata Ade mengajak kami ikut bergabung seperti mereka. Aku dan Rio berpandangan. Namun kami masih bisa menahan diri.Lalu kami dengar Dio berkata " Kini giliranku nusuk kamu Debb" Boleh ngakk kontolku kumasukin ke Anumu? Debby kami lihat mengangguk pasrah. "kamu enggak marah kan? " tanya Dio meyakinkan tindakannya. Enggak, masukkanlah kontolmu sekarang " kata Debby. Lalu kulihat Debby nungging seperti gaya anjing dan Dio mulai menempelkan kontolnya ke anus Debby. Setelah dirangsang akhirnya kontol Debby yang besar dan panjang itu masuk separuhnya ke anus Debby. "Nih teman2 langkah berikutnya perhatikan " kata Dio cuek.Lalu Dio menggerakkan kontolnya maju mundur didalam anus Debby. Terlihat Dio dan Debby mengerang keenakan. Dan akhirnya Dio berkata " Deb, Air maniku mau keluar nich, Gimana. "Keluarkan aja langsung didalam kata Debby bergairah. Beberapa detik kemudian. Agh. Agh.. Crot.. crott.. lutut Dio pun bergetar hebat nampaknya dia telah mengeluarkan spermanya didalam anus Debby. Dan kulihat keduanya sangat puas dan terkulai lemah, akibat perjuangan mereka.Kulihat Arif mendesah dan "Setyo aku ngak tahan lagi nich, mau keluar nich". Kukeluarkan aja di mulutmu ya? kata Arif, namun belum sempat Setyo menjawab kulihat Arif telah mengeluarkan lahar panasnya dimulut Setyo. Lalu keduanya sama-sama berpelukan menahan gairah yang masih membara dari jiwa mudanya.Kuperhatikan Indra dan Ade kini mengubah posisinya. Si Indra nungging dan berkata " Ade cepat kentotin aku dong " Aku ngak tahan lagi nich.. Ayo kita ngentot. Aku pingin sekali merasakan kau kentotin. Masukkan Kontolmu ke lubangku sekarang please De.. Lalu kami lihat Ade tanpa ragu memegang kontolnya dan berusaha memasukkan kontolnya ke lubang si Indra. Kemudian kudengar Debby berkata " Ayo Setyo, Arif kalian kok belum ngentot juga " Arif kentotin dong si Setyo sekarang. Kalo Elo enggak mau biar aku yang kentotin si Setyo.. he.. he.. Namun kulihat Arif bergegas menghampiri Setyo dan mereka langsung mengentot berdua.Atraksi mereka terus saja berlangsung, dan akhirnya temanku yang si kamar mandi kedua yaiyu Si Zaky sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Karena satu kamar mandi sudah kosong maka aku dan Rio saling berpandangan dan mempersilakan duluan. Namun Rio berkata " Afdhal, mengingat waktu sudah sempit, bagaimana jika kita langsung masuk berdua aja? ", Tanpa pikir panjang aku mengangguk mengiyakan. Akhirnya Aku dan Rio masuk dan sudah berada di kamar mandi.Di dalam kamar mandi, aku mulia melepaskan pakaianku satu persatu. Demikian juga Rio. Mula2 Rio melepas bajunya, kulihat dadanya yang bidang, putih dan bersih. Kemudian ia membuka resleting celananya dan melepas celananya sehingga Rio hanya memakai CD saja. Demikian juga Aku. Namun aku sedikit terperanjat karena Rio berkata "Afdhal sorry ya, CD-ku yang lain basah semua, jadi Aku harus membuka CD-ku ini agar bisa dipakai lagi untuk Upacara nati" Lalu ia berlahan-lahan melepaskan Celana Dalamnya dan terlihatlah kontolnya yang besar dan menonjol serta menegang dihadapanku.Aku terdiam menelan ludah melihat pemandangan itu. Kami saling bertatapan dan entah siapa yang memulainya, kami akhirnya saling mendekat dan bibirku dan bibirnya bersentuhan. Kami membuka mulut kami dan lidah kami saling bersentuhan. Kami saling mengulum. Lalu kuciumi pipi dan lehernya yang putih bersih itu. Kemudia Rio juga menciumiku dan memeluk erat tubuhku. Detak jantung kami berdenyut cepat dan kudengar desahan nafar Rio dan juga Aku semakin tak karuan dan tak teratur.Sampai akhirnya Rio berkata " Afdhal, please buka donk celana dalammu aku pengen sekali melihat kontolmu dan agar kontol kita nanti dapat bersentuhan. Aku mengangguk sambil memejamkan mataku. Kurasakan tangan Rio berangsur memegang CD ku dan perlahan menariknya kebawah, sehingga muncullah kontolku yang sedari tadi telah menegang. Kemaluan kami saling bersentuhan dan kami berpelukan erat. Lalu Rio berkata lagi " Afdhal Tolong dong hisap kontol ku. Aku tapa ragu segera merunduk dan mengemut kontol Rio. Aku mengulumnya dan sesekali kuhisap dan kupermainkan batang yang lumayan besar itu. Kegerakkan maju mundur.Sekian lama gerakan itu terus berlangsung. Rio mendesah dan hafasnya begitu cepat, maklum baru pertama sekali kami melakukan hal ini. Sampai akhirnya Ia berteriak keras Agh.. Agh.. Agh.. dan dari Kontolnnya menyembur cairan putih yang sering kudengar disebut Mani membasahi kerongkonganku. Dan Rio tetap memegang kepalaku dengan erat sehingga kontolnya tetap berada dimulutku. Mau tak mau cairan sperma yang masuk kemulutku tertelan olehku semua tanpa ada yang tersisa. Rupanya rasa jijik telah mengalahkan nafsuku.Kemuan Rio berkata lagi. Yok kita ngentot seperti mereka tadi Mau nggaak, biar kontolmu keluar juga airnya setuju.Tanpa menunggu lagi, kudekap Rio dan kupeluk dia dari belakang, sehingga kontolku menyentuh belahan pantatnya. Lalu tanganku meraba lubang anusnya dan setelah kupancing agar anusnya dapat mebuka. Kucoba memasukkan kontolku kelubangnya, Namun tidak berhasil karena mungkin masih terlalu sempit. Akhirnya aku punya ide. Kuambil sabun mandi dan kukocokkan ke kontolku, Setelah terasa cukup licin. Lalu kuarahkan kontolku yang cukup menegang itu ke lubang Rio. Ujung kontolku telah menancap tepat ditengah lubangnya. Dan. Badanku kudorong dan kutekan kedepan. Dan Bless.. kontolku sekarang telah berada didalam anus Rio. Memang belum seluruhnya masuk kedalam.Aku menggerakkan kontolku maju mundur. Terus.. ah.. teruskan.. Desah Rio. Ah..yes.. yes.. katanya. Akhirnya aku mencoba menekan dan memasukkan kembali kontolku kedalam anusnya sehingga seluruh kontolku sampai kepangkal telah berada dalam anus Rio. Aku merasakan kontolku terasa diremas2 dan dijepit. Waw enak sekali.. "Wah.. Enak sekali ya kita ngentot kaya begini, coba kalo tau dari dulu pasti lebih asyik lagi " kataku pada Rio sambil terus mengengentotinya dan menyetubuhinya dari belakang. Kontolku kugerakkan maju mundur didalam anusnya. "Iya ya Afdhal.. asyik juga permainan kita ini tak pernah terbayangkan olehku sebelumnya.Akhirnya "Rio aku ngak tahan lagi nich mau keluar kataku. "Iya Aku juga mau keluar "kata Rio. "Keluarin aja di dalam" sambungnya lagi. Aku terus memompa Rio dan tanganku tetap tak lepas mengocok kontolnya. Dan. Secara bersamaan Crot.. crot.. crot.. aku tak kuasa lagi menahan cairan yang telah menumpuk di pangkal kontolku akhirnya keluar dan menembak dalam anus Rio. Dan diikuti juga dengan Rio. Kontolnya yang kukocok berlahan memuncratkan lahar panas. Spermanya berceceran di diding kamar mandi, Akhirnya aku menarik kontolku dari dalam anus Rio dan kami berperukan erat dan dia menciumi pipiku dan bibirku. "Aku menyayangimu Afhal " kata Rio kemudian. Lalu kujawab " Aku juga demikian Rio" dengan senyumanku yang "manis" itu. Kemudian kami mandi membersihakan diri sekaligus mandi wajib bersama-sama.Demikianlah awal mula hubungan kami berdua. Setelah kejadian itu, kami sering melakukannya lagi jika ada kesempatan seperti pada malam hari diranjang atau di kamar mandi tanpa ketahuan siapapun. Namun kini kami telah berpisah, setelah tamat kami bekerja di kota yang berbeda. Namum kenangan manis itu takkan pernah terlupakan. Salam manis buatmu Rio, Mudah2an suatu saat kita bertemu lagi. Sayangku padamu takkan pernah pudar.


Kembalilah Kasih

Saat awal masuk kuliah di PTN di Surabaya hari-hariku penuh dengan kebahagiaan dengan hadirnya kawan-kawan baru. Mereka semuanya familer, bersahabat dan kompak, hampir setiap kegiatan mahasiswa baru, kami ikuti bersama dengan penuh semangat. Satu persatu dari mereka mulai kukenal, sehingga tak satupun dari rekan selokal yang tak kukenal baik itu cowok atau cewek. Kami semua sering sekali mengerjakan tugas bareng-bareng, hampir-hampir tak ada salah satu dari kami yang egois atau mau hidup sendiri. Karena itu aku kerasan kuliah disini.Setelah berjalan hampir satu semester, aku punya teman dekat. Namanya Rangga, ia berasal dari Bandung. Rangga adalah salah satu teman yang paling dekat denganku dari pada teman yang lain, anaknya baik, agak pemalu, tapi suka humor kalo denganku, ia sangat perhatian kepadaku, bahkan tidak jarang ia mengantar jemput aku ke kampus. Semakin lama ia semakin baik padaku hingga aku sulit untuk menghindarinya. Ia seringkali mampir ke tempat kostku mulai pulang kuliah sampai malam hanya untuk ngobrol, bergurau, dan saling curhat, sehingga aku tahu siapa dia, tapi dia tidak tahu siapa sebenarnya saya. Setiap kali aku punya masalah kuceritan padanya, ia selalu memberikan jalan keluar yang bijaksana. Karena itu aku memanggilnya dengan kata 'Mas', ia tidak keberatan, bahkan ia juga memanggilku dengan sebutan 'Adik atau Dik'. Hatiku serasa berbunga -bunga tatkala ia memanggilku dengan kata itu.Aku menikmati hari-hariku bersamanya, kamana-mana aku selalu jalan bareng dengannya. Jika liburan atau malam minggu kami menyempatkan keliling kota, ke toko buku, ke mall, ke tempat rekreasi, ke warnet dan ke tempat kost teman-teman. Sampai-sampai teman-temanku mengatakan kalo kami serasi banget, kayak adik dan kakak.Hampir setiap malam Mas Rangga nginap di tempat kostku, jarang sekali ia tidur di tempat kost-nya sendiri. Bahkan ia juga mumutuskan akan pindah ke tempat kostku habis semester ini. Akupun menyambut dengan hati gembira. Entah kenapa aku merasa teduh ada di sampingnya, seakan keberadaannya menghapus semua keresahanku, kebosananku, dan rinduku pada keluargaku.Setiap kali ia tidur disampingku suasananya biasa-siasa saja meski terkadang ada getaran lain yang menyelinap dalam hatiku apalagi kalau ia merangkulkan kaki dan tangannya yang putih ke atas tubuhku, aku hanya membalasnya dengan pelukan ringan, hanya sekedar menyalurkan kasih sayang, aku berusaha untuk menepis getaran-getaran itu. Jika banar-benar tak tahan aku hanya berani menindihnya dan menatap wajahnya yang ganteng sempurna. Melihat sikapku seperti itu, ia hanya senyum dan merangkul erat tubuhku, sampai bangunpun kadang posisi kami tetap seperti itu. Sungguh ia benar-benar kakak yang aku harapkan, kakak yang mampu menaungiku dengan kasih sayang.*****Suatu hari ia bercerita kepadaku bahwa ia jadian dengan seorang cewek. Mendengar cerita itu hatiku hancur tak karuan, seakan ada yang mengoyak perasaanku. Aku juga tak tahu mengapa seperti ini, aku bingung apa sebenarnya yang ada dalam perasaanku. Apakah ini karena aku khawatir ia tidak perhatian lagi padaku? Atau.. ini karena aku merasa memilikinya? Atau, karena aku cemburu? Pertanyaan senada dengan itu mulai memenuhi otakku yang lagi galau. Ia tampak asyik dengan ceritanya, aku hanya menanggapi dengan sikap yang biasa meski perasaanku pedih seakan tersayat pisau.Sepulang Mas Rangga dari tempat kostku, aku mengunci pintu kamar, kuputar album Padi yang kedua, kurebahkan tubuhku diatas kasur. Aku memikirkan Mas Rangga, tak kusadari cairan bening mulai keluar dari mataku membasahi kedua pipiku, semakin lama semakin menjadi-jadi, aku mulai terisak-isak dan mengeluarkan suara yang agak kutahan. Tubuhku terasa lemas, pikiranku tidak stabil dan..Aku terbangun saat jarum jam menunjukkan pukul 08.45. Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku. Aku terkejut sewaktu kulihat wajahku di cermin kamar mandi, mataku sembab dan membengkak. Aku mulai meneteskan betiran-butiran jernih kembali ketika aku ingat kejadian semalam. Entah aku tak tahu kenapa aku jadi cengeng seperti ini. Tak pernah aku merasakan duka seberat ini. Air mata yang begitu mahalnya, sekarang begitu saja mengucur dari muaranya. Aku putuskan hari ini aku tidak kuliah."Dik! Adik!" Suara dari luar pintu kamarku.Cepat-cepat kuusap mataku yang sembab, aku bingung apa yang harus aku lakukan, akhirnya kubuka pintu kamarku, ternyata Mas Rangga."Dik! kenapa kamu?" Tanya Mas Rangga yang membuat aku semakin tak kuat menahan tangis."Nggak..pa-pa kok.., masuk.. Mas..!"Kataku terputus-putus karena isak tangisanku."Dik kenapa sih? Ayo dong bilang sama Mas!, Adik sakit ya?"."Enggak" Jawabku."Kalo gitu kenapa?" Tanyanya lagi."Mas! Bisa nggak menemani saya disini!"Pintaku."Tentu, pokoknya Adik nggak nangis lagi ya?!, Mas juga sedih kalo Adik nangis kayak gitu".Aku hanya menganggukkan kapala, tangisanku mulai reda. Mas Rangga merangkulku layaknya perlakuan seorang kakak pada adiknya. Hatiku terasa teduh dalam dipelukannya. Ia membelai rambutku dan bercerita kesana-kemari untuk menghiburku. Aku merasa Mas Rangga bukan hanya teman terbaikku, tapi sebagai kakak yang paling mengerti dan bisa memperlakukanku pada situasi seperti apapun, ia mampu mendinginkan hatiku, ia berhasil membendung isak tangisku, ucapannya mampu menyirami hatiku yang gersang kasih sayang ini."Dik, tahu nggak, tadi di kampus Mas ndak bisa konsen, rasanya ingin cepat-cepat meninggalkan kelas, dalam pikiranku yang ada hanya kamu, memangnya kenapa sih Adik kok ndak masuk kuliah?" Mas Rangga mulai membujukku untuk mengutarakan masalahku.Butiran bening mulai runtuh lagi, kini Mas Rangga yang mengusapnya."Mas! Selama ini Mas Rangga menganggapku seperti apa sih?" Tanyaku."Lho, memangnya kenapa? Selama ini Mas menganggap Adik sebagai adik, bukan teman, makanya Mas nggak rela kalau ada orang yang mengganggu Adik, dan..apapun Mas lakukan untuk Adik" Jawabnya yang membuatku tegar kembali."Benar Mas?"."Benar, Sungguh." Ia menatap wajahku penuh kesungguhan."Memangnya kanapa? Apa Adik tidak percaya sama Mas?""Enggak! Adik hanya khawatir Mas tidak lagi memperhatikanku, tidak menyayangiku dan meninggalkanku begitu saja, sebab sekarang Mas sudah punya kekasih." Jawabku yang menutupi apa yang senenarnya berkecamuk di hatiku dengan pelan."Oo.. jadi itu yang Adik takutkan?" Aku hanya mengangguk."Mas nggak seperti itu kok, Mas dan Adik tetap seperti ini, kalo soal dia jangan khawatir, tidak akan mengurangi kasih sayangku sama Adik, sekarang ndak usah nangis ya!" Ujar Mas Rangga.Hati yang layu sejak kemarin, kini menjadi segar kembali dengan kehadiran Mas Rannga, seseorang yang paling menyayangiku. Ia tak bosan-bosannya menghiburku, seakan tak puas sebelum aku menyunggingkan senyum. Aku tidak hanya senyum tapi malah tertawa dibuatnya. Perasaanku mulai tenang, kekhawatiranku mulai hilang terganti oleh keyakinan pada semua yang diucapkan Mas Rangga. Meski sebenarnya bukan ini yang kuharapkan.*****Suatu hari Mas Rangga menghabiskan malam minggu bersamaku, kami jalan-jalan, makan bakso, dan chatting di warnet.Sepulangnya kami langsung menuju rumah kostku. Di kamar kami saling ngobrol dengan iringan musik Padi. Entah setan apa yang merasuki jiwa kami. Aku mulai merangkul Mas Rangga yang terlentang di sampingku, ia membalas rangkulanku dengan rangkulan pula. Kutindih tubuhnya yang kekar, sementara rangkulan kami semakin erat. Kami saling menggerayangi punggung mulus kami. Mas Rangga melepas kaos yang kukenakan, akupun memperlakukan hal yang sama. Kuciumi mulutnya yang tipis dan merah merekah, hidungnya yang mancung, pipinya yang mulus, dan bagian bawah hidung yang kasar bekas cukuran kumis, aku sangat terangsang dengan permainan ini."Mas, nggak pa-pa?" Tanyaku yang hanya di jawab dengan gelengan kepala olehnya."Mas! aku sayang sekali sama Mas.""Aku juga sayang sama Adek." Jawabnya sambil meraba-raba punggungku dengan lembut.Mas Rangga menekan penisnnya yang masih tertutup celana jeansnya keatas. Ia tampak menikmati kuluman bibirku. Kami saling mengenyut bibir dan lidah. Oh! sungguh nikmatMas Rangga membalikkan posisi kami sekarang ia yang menindihku. Ia mulai memperlakukan aku layaknya lelaki pada pasangannya, ia mengulum bibirku, mengenyut lidahku, menciumi leher dan pipiku seraya penisnya menekan penisku yang sudah tegang. Aku hanya mampu terengah-engah dan meraba-raba punggungnya. Kuperhatikan wajahnya yang cakep dari bawah, ia tampak memejamkan mata dan sesekali menelan ludah. Tangannya yang putih tetap aktif mengurut pinggang dan punggungku. Mulutnya melahab habis bibirku yang kenyal. Lama sekali kami dengan posisi seperti ini.Aku terkejut ketika Mas Rangga tiba-tiba menghentian permainan dan turun dari kasur. Aku hanya pasrah dengan tindakan Mas Rangga. Kulihat Mas Rangga yang jenjang itu melepas ikat pinggang dan celana panjangnya. Kini tampaklah tubuh indah yang hanya tertutup CD putih berdiri tegak di hadapanku. Aku pandangi sosok itu lekat-lekat sampai beberapa kali aku menelan ludah. Sekarang dengan jelasnya kupandangi paha putih dan padat yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuat aku semakin tak kuasa menahan nafsu. Aku juga semakin penasaran dengan benda yang tumbuh besar di balik CD putihnya. Ingin sekali kucium da kumainkan sampai keluar sarinya.Setelah berhasil melepas celananya ia naik kembali ke atas ranjang yang kutiduri. Tubuh kekar dan mulus kini ada di atasku dan siap memberi kehangatan dan kenikmatan yang tiada tara.Mas Rangga mulai menyusuri bagian leherku, ia jilati seluruhnya, ia sedot sampai membekas."Mas.. enak Mas.." Erangku.Ia lanjutkan jilatannya ke dadaku, keputing susuku, dan keperutku sambil tangannya ikut memberikan rangsanan dengan lembut di bagian yang lain. Kakiku hanya bisa menjepit pinggulnya yang temol itu dan tanganku meremas-remas rambutnya. Tak lama kemudian Mas Rangga melepas celanaku yang masih menutupi tubuh bagian bawahku. Ia merasa kenikmatannya terhalang karena celanaku. Ia lempar celanaku ke lantai dan ia teruskan kembali serangaanya. Mas Rangga menggoda penisku yang menegang dengan menciumi dari luar CD ku."Akh.." Aku mengerang keras dan menggelinjang.Mas Rangga hanya tersenyum. Kemudian ia mengangkat bahuku ke tepi ranjang dan mengganjal bahuku dengan 2 bantal sehingga posisikku setengan duduk. Ia kini berlutut di hadapanku dengan CD pas dihadapan kepalaku ia menyodorkan penisnya ke mulutku. Aku perhatikan wajahnya yang kemudian memberikan isyarat agar aku memberikan kenikmatan pada penisnya. Awalnya kuciumi penisnya dari balik CD, kuhirup bau CD nya yang khas kemaskulinannya. Lalu kumasukkan jari-jariku ke dalam CD untuk merengkuh batang yang selama ini hanya ada dalam lamunanku. Kupelorotkan CD putihnya dengan pelan, penis putih, panjang dan besar yang dikelilingi bulu tebal telah keluar dari sarangnya, dan langsung kusambut dengan ciuman. Kujilati kepala penisnya yang agak merah itu sambil kuremas-remas buah pelirnya."Akh.. seth.. akh.. Enak Dik..", Ia mendesah-desah kenikmatanKarena gemes langsung saja kumasukkam batang kemaluannya ke mulutku. Kusedot-sedot dengan pelan sesekali kukocok dengan mulutku. Ia tampak menunduk dan memejamkan mata menikmati kulumanku ini. Kurangkul pantatnya yang bergerak maju mundur dari mulutku sampai tak bisa bergerak lagi, kunikmati penisnya di dalam mulutku dengan menggerakkan lidahku di pucuk dan sekeliling penisnya. Selang beberapa menit, tampaknya ia tak kuat dengan model permainanku ini, ia menekan penisnya dengan paksa sambil melepas sperma kental kemulutku. "Croott..crott..cruuoott". Karena banyaknya sampai tumpah sedikit kedadaku. Kutelan sperma yang ada dimulutku. Mas Rangga merosot dan merangkul erat tubuhku menikmati sisa-sisa ejakulasi. Kemudian ia menggesekkan dadanya ke dadaku dengan pelicin spermanya sendiri yang ada di dadaku."Eh.. Enak.. Mas Rangga..", Desahku."Dek sekarang giliranmu " Ucapnya.Aku hanya mengangguk. Lalu Mas Rangga turun mencari batang kemaluanku. Ia lepaskan CD ku dan ia kulum penisku. Aku merasakan kenikmatan yang tiada pernah kurasakan selama ini, saat ia memaju-mundurkan mulutnya yang mengulum penisku. Seperti getaran-getaran listrik merasuki tubuhku, aku mengerang lembut yang dikombinasi gerakan pantat yang ingin mengikuti arah bibir Mas Rangga. "Crot..cret.." Spermaku muncrat ke mulutnya. "Ahk.."Belum sempat aku istirahat, Mas Rangga minta aku menungging, kuturuti kemauannya. Ia mulai menjulurkan penisnya yang sudah tegang kembali ke depan pintu anusku. Dengan pelan-pelan ia mulai mendorong pantatnya untuk memasukkan batang kenikmatannya. Tidak lama kemudian batangnya sudah masuk keseluruhan dalam anusku. Gerakan ritmis penisnya membuat aku keenakan. Kutoleh Mas Rangga yang berlutut di belakangku, ia tampak asyik dan ngos-ngosan."Dik.. Enakk.. Dik.. kukeluarkan di dalam ya?" Suaranya pelan.Lalu kurasakan batang bulat panjang berdenyut-denyut di dalam anusku dan ada cairan hangat memenuhi anusku. Ya dia sudah orgasme. Ia cabut penisnya dan langsung telungkup di sampingku. Karena aku ingin merasakan pula aku langsung memasukkan penisku dengan keras ke pantatnya dan berhasil dengan dua kali hentakan. Sambil menggerayangi susunya dari belakang, aku terus melakukan penetrasi dan sampailah aku pada puncak kenikmatan. "Cruot.. cruot" Spermaku tumpah ruah di anusnya.Sekarang kami saling merangkul dengan wajah berhadapan dan hidung saling menempel. Posisiku ada di bawah sehingga dengan mudah kuelus-elus punggung dan pantatnya sampai ia tidur di atasku.Aku membayangkan kenikmatan yang baru kami raih.Sayup-sayup kudengar suara tangisan dari sampingku. Yah.. ternyata suara Mas Rangga. Aku bingung kenapa ia menangis? Padahal selama ini ia tidak pernah menangis."Mas, Mas Rangga kenapa?" Tanyaku. Ia tak menjawab."Mas Rangga menyesal?" Suaraku pelan. Mas Rangga mengangguk."Kenapa Mas menyesal?"."Aku telah menghianati cintaku padanya Dek!".Deg, kini aku benar-benar bingung, sedih dan ada sedikit rasa penyesalan karena telah membuat Mas Rangga yang selalu tertawa jadi menangis. Meski sebenarnya ada sebersit kemarahan dan ketersinggungan di hatiku."Mas, maafkan aku ya?, Mas Maafkan aku, Maafkan aku." Pintaku dengan iringan tangisan pula."Tidak Dek, aku yang salah, seharusnya aku tidak bersikap seperti itu pada Adik, tapi entahlah aku tidak bisa berfikir sehat semalam.""Mas sebenarnya aku tidak hanya menyayangi Mas, tapi, aku juga mencintai Mas, Seperti Reny mencintai Mas, dulu waktu aku tidak kuliah dan menangis di kamar bukan cuma khawatir ditinggal Mas, tapi aku cemburu berat" Aku berterus terang."Jadi?"."Ya Adik seorang gay, yang tertarik pada sesama jenis, dan kebetulan Mas lah yang aku cintai". Jawabku yang berlanjut dengan tangisan yang lebih keras. Mas Rangga kini juga bingung dan serba salah setelah tahu siapa sebenarnya aku."Dik benarkah itu?" Aku mengangguk."Maafkan Mas Dik! Mas sungguh tidak tahu, Mas merasa Adik seperti adek Mas sendiri, Mas menyayangi Adek tulus seperti kakak menyayanyi adeknya, dan kejadian semalam karena Mas khilaf.""Ya Mas saya tahu dari dulu Mas adalah lelaki normal yang hanya bisa mencintai dan dicintai wanita, inilah kenyataannya Mas, Adek merasa bahagia jika ada di samping Mas, Entahlah Mas..Adek sulit sekali menyukai gadis secantik apapun.., dalam hatiku cuma ada Mas.""Adek nggak pernah pacaran?". Tanya Mas Rangga"Pernah, cuman Adek putuskan karena Adek merasa tidak ada sedikitpun getaran cinta seperti Adek mencintai Mas" Jawabku."Adek tidak ingin menjadi lelaki sempurna seperti Mas?""Entah lah Mas.. sebenarnya sih pingin, cuma Adek pesimis.""Maafkan Mas ya Dik!, kehadiran Mas semakin memperparah kepribadian Adik, tapi Mas harap Adek mau berusaha, cobalah untuk mencintai seorang gadis, paksakan nanti lama-kalamaan pasti Adek akan mencintainya, kalau Adek masih ingin jadi Adekku, maka tidak ada alasan lagi bagi Adek untuk tidak berusaha dan mencobanya, Mas yakin banyak gadis yang suka sama Adek, Adek khan ganteng" Urai Mas Rangga dengan bijaknya*****Air mataku terus mengalir tanpa hentinya, sambil duduk menatap gelapnya malan aku membaca pesan-pesan Mas Rangga di buku diary ku. Kini genaplah 1 tahun kesendirianku ditinggal Mas Rangga yang katanya pindah kuliah ke Bandung. Hari-hariku hanya menanti kehadirannya meski sedikit sekali kemungkinan terwujudnya."Mas Rangga kembalilah Mas! Adek berjanji akan berusaha. Adek butuh pemotivasi seperti Mas.., tanpa Mas Rangga Adek sulit mengangkat diri dari lembah gelap ini Mas.. Mas Rangga kembalilah.. Mas!"

Kemarahan Sang Ayah

Sejak kecil, Purnomo memang bukan murid yang pandai. Sejak SD kelas satu, dia selalu mendapat prestasi terburuk di sekolahnya. Bahkan sudah beberapa kali hampir saja tinggal kelas. Prestasi buruknya itu terus dipertahankan Purnomo hingga kelas 3 SMU. Inilah masa penentuan dari semua pendidikan yang telah ditempuhnya.Tapi dengan otaknya yang memang kurang mampu, Purnomo pun gagal dalam tes kelulusan SMU-nya. Sepucuk surat dilayangkan ke rumahnya untuk memberitahukan tentang kegagalannya. Ayah Purnomo, baru saja pulang kerja malam itu, langsung naik pitam saat membaca surat itu. Susah payah, dia membiayai pendidikan Purnomo seorang diri, sebab istrinya telah meninggal saat melahirkan Purnomo. Tapi Purnomo menghancurkan jerih payahnya. Dengan kesal, ayah Purnomo berlari ke kamar anaknya dan mendobrak pintunya."Purnomo! Sini kamu!" teriaknya, kesal sekali.Beban kantor sudah cukup membuatnya kesal. Tapi Purnomo malah membuatnya semakin kesal. Takut melihat ayahnya, Purnomo mencoba kabur dari kamarnya tapi segera ditangkap oleh ayahnya."Kamu bikin malu saja. Ayah udah kesal banget sama kamu."Tubuh Purnomo memang sedikit lebih kecil dibanding ayahnya, maka dia tak berdaya saat digiring kembali ke kamarnya. Dengan kasar, Purnomo dilempar ke ranjangnya. Remaja tampan itu bersimbah keringat dingin, ketakutan, saat ayahnya melepaskan dasi dan kemejanya. Lalu ayahnya itu melepaskan celana panjangnya pula.Ayah Purnomo memang lumayan seksi. Dadanya nampak keras berkat olahraga yang sering dia lakukan di akhir pekan; meskipun perut dan pinggangnya sedikit berlemak. Tapi secara keseluruhan, ayahnya itu seksi sekali. Kini ayah Purnomo sudah bertelanjang dada dan hanya bercelana dalam putih. Cowok homo yang kebetulan melihat si ayah seksi ini pasti akan ngaceng kontolnya ;) Kembali ke cerita porno ini, ayah Purnomo membentak anaknya untuk melepaskan pakaiannya."Lepas bajumu. Semuanya! Kalau tidak, Ayah pukul kamu dengan ikat pinggang ini," ancamnya. Purnomo mau-tak mau segera melucuti dirinya. Dalam semenit, dia sudah bertelanjang bulat dengan kontol menggantung di antara pahanya.Ayahnya mengambil kursi dan duduk di tengah ruangan itu. Dengan tampang sangar, dia mengisyaratkan agar Purnomo membaringkan tubuhnya di atas pangkuan ayahnya. Purnomo bergidik; mengingat betapa kerasnya ayahnya dulu sering memukuli pantatnya. Dengan tubuh gemetar, Purnomo menuruti ayahnya. Pantatnya menungging, siap dipukul. Sementara kontol Purnomo bergesekan dengan paha ayahnya.PLAK! Purnomo meringis saat telapak tangan ayahnya menghajar pantatnya. Aah! Panas sekali rasanya. PLAK! PLAK! PLAK! Purnomo mulai meringis kesakitan saat pukulan yang kesepuluh; pantat memerah dan memanas. Tapi entah kenapa kontol Purnomo malah ngaceng."Apa ini?" tanya ayahnya marah saat dia merasakan kontol Purnomo bertumbuh dan mendorong-dorong pahanya."Kamu suka dipukul Ayah?", tanyanya, masih marah.Purnomo hanya terdiam, bingung akan reaksi tubuhnya. Memang sudah bertahun-tahun lamanya dia tidak dipukul seperti itu. Terakhir kali dia dipukul adalah saat Purnomo masih berumur 5tahun. Dia tak bisa mengingat apakah dulu sewaktu dia masih kecil, kontolnya juga ngaceng saat pantatnya dihajar ayahnya. Ayah Purnomo terdiam saat melihat tubuh putranya yang bugil teronggok di atas pangkuannya, tak berdaya setelah pantatnya dipukuli. Tiba-tiba ayah Purnomo mulai terangsang. Kontolnya bangun dan membuat tonjolan besar di balik celana dalamnya. Purnomo menyadari hal itu sebab kontol ayahnya terasa sekali menyodok-nyodok perutnya.Diam seribu bahasa, ayah Purnomo hanya mengelus-ngelus pantat putranya. Semakin mengelus pantat itu, ayahnya menjadi semakin bernafsu. Tubuh Purnomo gemetar saat dia merasakan lubang pantatnya dimain-mainkan oleh ayahnya. Seketika itu juga dia merinding, mengingat berita-berita pemerkosaan incest di TV. Tak disangka, dia akan segera menjadi korban pemerkosaan homoseksual oleh ayah kandungnya. Purnomo ingin menolak ayahnya tapi dia takut dipukul lagi, maka dia hanya terdiam saja; pasrah.Merasa mendapat lampu hijau, ayahnya makin berani. Kini sudah ada 3 jarinya yang sibuk mengerjai lubang pantat Purnomo yang masih perjaka itu. Ayah bejat tapi seksi itu meneteskan air liur; tak sabar untuk 'Menghabisi' anaknya. Kontolnya mulai basah, mengalirkan precum. Cairan itu menembus celana dlaamnya dan menodai perut Purnomo. Meskipun remaja itu merasa tak nyaman dikerjain ayahnya, kontolnya sendiri makin nagceng.Purnomo mendesah-desah kesakitan bercampur nikmat saat ayahnya mengentotinnya dengan jari-jarinya. Berpegangan pada paha ayahnya, Purnomo mulai menggeliat-geliatkan tubuhnya."Aakkhh.. Oohh.. Aahh.. Hhoohh.." desah napas Purnomo. Sementara itu, ayahnya mulai menjelajah turun dan bermain dengan kontol anaknya. Bagaikan memerah sapi, ayahnya mencoli kontol Purnomo."Aahh.. Aahh.. Oohh.." Remaja itu dimabuk nafsu yang tidak dimengertinya sama sekali. Keringat mulai menetes menuruni tubuh Purnomo yang juga seksi. Meski hanya berumur 18tahun, tubuhnya lumayan tegap."Hhohh.. Hhoosshh.. Oohh.. Hhahh.." Napas Purnomo semakin berat, rasa nikmat menjalari tubuhnya. Mengetahui bahwa putranya kan ngecret, ayah Purnomo mempercepat gerakan coli-nya. Lalu..CCRROOTT!! CCRROOTT!! CRREETT!! CCRROOTT!! Diringi dengan teriakan remaja itu, spermanya tumpah ruah."AARRGGHH!! OOHH!! AAHH!! OOHH!! UUGGH!!" Tubuh remajanya terguncang-guncang bagaikan kuda jantan yang mengamuk. Bergalon-galon sperma putih kental tersemprot ke lantai, nampak seperti jelli berkuah puding. Mm.."Aahh.. Oohh.." desahnya saat semuanya berakhir. Purnomo terbaring lemas, masih dikuasai orgasme yang luar biasa tadi.Kemudian, ayahnya memapah Purnomo ke ranjang dan membaringkannya di sana. Purnomo masih letih dan tak berdaya. Dia tahu bahwa ayahnya pasti ingin yang lebih jauh lagi. Dia sudah pasrah sepenuhnya. Benar dugaan Purnomo. Ayahnya langsung melepaskan celana dalamnya sendiri. Berdiri telanjang bulat di depan Purnomo, ayahnya langsung menungganginya. Sebelumnya, tentu saja, Purnomo dipaksa untuk nungging kayak anjing. Sambil memejamkan matanya, Purnomo berharap ayahnya akan segera ngecret supaya semuanya berakhir."AARRGGHH.." erangnya saat kontol ayahnya yang besar itu memaksa masuk.Rasa takut menjalari pikiran Purnomo. Dia takut pantatnya akan sobek. Kontol ayahnya menghantui pikirannya. Kontol itu bersunat dan panjang sekali; sekitar 20cm. Urat-urat memenuhi batang kontol itu, berdenyut-denyut. Yang paling menakutkan bagi Purnomo adalah kepala kontol ayahnya. Besar dan lebar, nampak kurang proposional dengan ukuran batang kontolnya. Saat kepala kontol itu mendorong-doorng masuk, Purnomo merasa seakan-akan dirinya sedang dirobek."AARRGGHH!!" erangnya lagi. Lubang anus Purnomo mulai lecet-lecet dan terasa sakit sekali. Kemudian PLOP! akhirnya kepala kontol raksasa itu masuk juga."Oohh.." erang Purnomo saat kontol ayahnya memenuhi dirinya. Purnomo merasa penuh sekali, sulit melukiskan perasaannya itu dengan kata-kata.Ayahnya mulai meraba-raba tubuh Purnomo dari belakang dengan bernafsu. Kedua dada Purnomo diremas-remas. Putingnya ditarik-tarik. Remaja itu hanya bisa melenguh kesakitan sekaligus nikmat. Lalu ayahnya mulai menggenjot pantanya."AAKKHH!! AARRGGHH!! HHOHH!! AAHH!!" erang Purnomo setiap kali kontol ayahnya ditarik mundur dan didorong masuk. Kontol itu menggesek-gesek liang pantatnya sambil meninggalkan precum dalam jumlah banyak."Aahh.." lenguh Purnomo saat kontol ayahnya tiba-tiba ditarik keluar dari lubang pantatnya. Tapi semua belum berakhir!Tanpa kesulitan apa-apa, ayahnya memaksa Purnomo untuk menduduki kontolnya. Ayahnya menyandarkan tubuhnya ke tembok sambil duduk di ranjang Purnomo (ranjangnya menyandar pada tembok). Purnomo tak kuasa menolaknya, meski anusnya berkedut-kedut perih. Mulanya, dia ingin menduduki kontol ayahnya sambil memunggunginya. Tapi ayahnya tak setuju dan memutar tubuh Purnomo dengan paksa. Ayahnya ingin agar Purnomo menatap wajahnya saat ia mendapatkan kepuasan seksual dari Purnomo. Sungguh bejat ayah si Purnomo itu! Bagikan boneka yang tak berdaya, tubuh Purnomo dipaksa duduk dan.."AARRGGHH!!" Sekali lagi, kontol ayahnya pun menghajar anus Purnomo."Aahh.. Oohh.. Aahh.." desah ayahnya sambil mengendalikan tubuh putranya itu.Dengan tangannya yang kuat, dia menaik-turunkan tubuh Purnomo, menghunjam kontolnya. Baginya, seks semacam ini merupakan sarana fitness yang sangat menarik. Dia bisa membentuk ototnya sekaligus mengerjain putra semata wayangnya itu."Oohh.. Lihat ayahmu ini.. Aahh.." katanya apda Purnomo, tersengal-sengal."Ayahmu lagi mengentotin putra kandungnya.. Sendiri.. Aahh.. Kamu milik ayah.. Oohh.."Purnomo terguncang-guncang, mengikuti irama tangan ayahnya. Kontol ayahnya menghunjam kelaur masuk lubang anusnya. Sakit sekali rasanya."AARRGHH!! AAHH!! OOHH!!" erang remaja itu. Kontol Purnomo yang tadi melemas setelah ngecret, kini bangun lagi. Rasa nikmat mulai memenuhi tubuh Purnomo. Dia tak mau ambil pusing. Daripada menangisi fakta bahwa dia sedang diperkosa oleh ayahnya, lebih baik berpikiran positif dan mengikuti nafsu bejat ayahnya."Oohh.. Fuck me! ngentotin anakmu ini, Yah.. Oohh.. Hhooh.."Kaget, ayahnya berhenti mengentot. Tapi Purnomo yang ketagihan kontol ayahnya itu mengambil inisiatif. Dia sendiri, dengan suka rela, mengentotin dirinya sendiri di atas kontol ayahnya."AARRGGH!! OOHH!! Kontol Ayah gede banget.. Aahh.. Saya suka.. Oohh.. AAHH!!" Terbangun dari lamunannya, ayahnya kembali mengentotin Purnomo. Kini mereka berdua sudah berkeringat dan bernapas tersengal-sengal. Sudah 15 menit mereka mengentot."AARRGGHH!!" erang ayahnya.CCRROOTT!! CCROOTT!! CCRROOTT!! Kontol ayah Purnomo berkedut-kedut lalu menembakkan benihnya ke dalam liang pantat putranya. Purnomo hanya melenguh keenakkan, merasakan kehangatan di dalam tubuhnya. Benih ayahnya yang dulu menciptakannya kini sedang berenang-renang di dalam tubuhnya sendiri."AAHH!! OOHH!! AARRGGHH!!" earang ayahnya lagi sampai sperma yang terakhir terperas keluar."Aahh.." Dada ayah Purnomo naik-turun, bersimbah keringat. Purnomo dengan lembut mengecup puting ayahnya sambil menjilatinya. Ayahnya hanya bisa mendekapnya sambil menciumi pipi Purnomo.Tapi Purnomo harus ngecret lagi. Ayahnya juga tahu. Maka, ayahnya kembali mencoli kontol Purnomo."Aahh.. Oohh.. Aahh.." lenguh Purnomo saat cairan kejantanannya bergerak naik ke kontolnya. Dan.. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!"AARRGGHH!!" Seperti air mancur, sperma Purnomo tersembur ke atas dan jatuh menimpa tubuh mereka berdua. Rasanya hangat dan nikmat. Terhitung tujuh kali Purnomo menembakkan pejuhnya lalu semuanya usai."Oohh.." desahnya, sambil memeluk tubuh telanjang ayahnya yang berkeringat. Dalam hatinya, Purnomo berpikir bahwa dia takkan keberatan jika lain kali ayahnya ingin menghukumnya dengan cara seperti ini lagi.Tak terasa seminggu berlalu. Tapi sejak kejadian intim itu, ayahnya tidak pernah menggauli Punomo lagi. Purnomo sedih dan kecewa. Dia pun mencari akal agar ayahnya mau mengentotinnya lagi.."Purnomo!! Kemari kamu!" teriak ayahnya sepulangnya dari kantor."Kenapa kamu menyembunyikan rapormu yang nilainya merah semua itu?!" Purnomo hanya tersenyum sambil menelanjangi dirinya, bersiap-siap untuk menerima 'hukuman' lagi..


Kekasih Baruku 02

Tangan Robby terus gerilya di semua lekuk tubuhku, sampai belahan selangkanganku. Aku terkejut sekali tapi aku tetap memejamkan mata, meskipun hatiku berdebar-debar tapi aku menikmati itu semua. Dia mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah tegang tadi di balik sarung yang membungkus batangku.Kemudian Robby pun melingkarkan kakinya ke arahku, sehingga sekarang posisinya dia memelukku dan melingkarkan kakinya, sehingga aku pun merasakan kalau batang Robby pun tegang juga. Robby menggosok-gosokkan batangnya di pahaku pelan-pelan, aku merasakan itu semua tapi aku takut sekali, jadi aku hanya diamkan saja dia.Cukup lama dia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di pahaku, kemudian kurasakan dekapan itu mengendur dan dia melepaskan pelukannya. Dengan mata sedikit terbuka kuintip apa yang dilakukan Robby selanjutnya, ternyata Robby mengeluarkan batang kemaluannya dari dalam celananya. Wow.., aku melihatnya meskipun hanya sedikit membuka mata, batang Robby ternyata cukup besar juga dan berwarna agak kemerahan.Robby mengocok batang kemaluannya itu pelan-pelan, aku dengar dia merintih maskipun pelan. Dan sesaat kemudian kulihat dia sudah mengeluarkan spermanya, dilap sperma itu dengan tissue yang ada di dekat ranjangku. Lalu dia pun tidur dengan memelukku kembali. Aku baru dapat tidur menjelang pagi.Ketika bangun kudapati Robby sudah duduk di depan komputerku, entah apa yang dilakukannya."Enak Rob tidurnya..?""Iya.." jawabnya.Setelah mencuci muka, Robby pun berpamitan untuk pulang ke rumahnya.Sambil keluar dari kamar aku bertanya, "Hari ini ada kuliah Rob..?""Tidak, hari ini aku nggak ada kuliah. Emang mau kemana..?" dia balik bertanya."Nanti beli sandal, ya..""Iya deh.., tapi telpon dulu aja nanti.. ya..!"Robby pun pulang dan lenyap dari pandanganku.Sore harinya pun aku telpon dia untuk mengajak keluar beli sandal. Setelah dapat sandal, kami terus pergi ke warnet. Di warnet Robby membuka situs-situs porno, tidak luput dia juga membuka situs-situs gay, tetapi aku diam saja sambil menikmati apa yang sedang dibuka-buka oleh Robby. Aku hanya berpikir mungkin Robby juga gay. Setelah itu kami pulang karena sudang malam."Tidur tempatku aja yuk..!" ajak Robby, "Besok kan libur."Aku diam sejenak, lalu kuanggukkan kepala tanda setuju untuk diajak tidur di rumah Robby.Kamar Robby cukup besar karena memang dia anak orang kaya. Di kamar kami mendengarkan musik sambil ngobrol-ngobrol."Kok sepi Rob.., pada kemana..?""Lagi pada ke Jakarta." jawabnya.Kami pun tiduran sambil sesekali bercanda."De.., kulihat di komputermu kok banyak foto pria bugil, kamu suka ya..?" tanyanya.Aku kaget sekali waktu itu, tapi aku diam sambil tersenyum.Lalu dia berdiri, terus mengambil CD film."Kamu mau nonton ini..?" disodorkannya CD film itu padaku.Ternyata CD itu BF Gay, aku kasih ke dia lagi."Coba saja..!" jawabku.Kami pun nonton film itu sambil berbaring di ranjang Robby. Aku sangat terangsang sekali karena di sana terlihat dua orang bule yang saling berciuman dalam keadaan telanjang bulat dan terlihat penisnya yang sangat besar, membuat dadaku berdebar.Lama kami menikmati film itu, kulirik Robby mulai terangsang. Dia mengelus-eluskan tangannya di sela-sela selakangannya. Entah siapa yang mulai terlebih dahulu, bibir Robby yang merah merekah itu sudah menempel di bibirku, kami pun berciuman. Aku membalas ciuman Robby, kulumat bibir Robby dengan bibirku dan kami pun berciuman mesra lama sekali.Setelah mencium bibirnya, kulanjutkan turun ke arah leher. Kubuka kaos Robby yang masih menempel di tubuhnya, sehingga terlihat dadanya yang bidang dengan ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuatku semakin terangsang. Kuraba dada Robby sambil kujilati puting susunya yang kemerahan. Robby merintih pelan, seakan dia menikmati dengan apa yang kulakukan padanya.Kulanjutkan ciumanku turun ke perut, turun ke pusarnya. Kuraba selangkangannya dan kurasakan batang kejantanannya sudah mengeras. Aku semakin bernafsu, aku pun berusaha untuk melepas celana jeans Robby. Dan berhasil kucopot sehingga kini Robby hanya menggunakan celana dalam warna putih saja. Ciumanku pindah ke daerah celana dalam Robby.Kujilati batang yang masih berada di dalam sangkarnya itu penuh nafsu sambil mengelus-elus kedua pahanya yang putih dan ditumbuhi bulu-bulu lembut. Kubuka celama dalam Robby, batangnya yang dari tadi sudah ingin keluar itu sekarang tepat berada di depan mulutku. Semula aku agak ragu karena aku belum pernah melakukan ini semua, tapi didorong nafsu yang semakin memuncak, aku menciumnya.Kujilati batang kejantanan Robby yang memerah. Kuremas-remas batang Robby sambil sesekali kukocok. Terus kukocok batang kemaluan Robby, Robby mengeliat-geliat dan mengerang menikmatinya. Dia menaikkan pantatnya sambil tangannya menekan kepalaku untuk melumat semua batang kejantanannya."Ough.. ough.. terus De..! Enak sekali..!" desah Robby.Aku pun semakin mempercepat kocokanku di batang kemaluan Robby yang tegang, kaku dan merekah. Napas Robby tersengal-sengal dan erangannya pun semakin keras."Terus De.., ough.. ough..!"Dan kemudian, crot.. crot.. cret.. Lahar putih pun keluar dari batangnya, sperma itu mengenai sebagian wajahku. Setelah itu kujilati lagi batang Robby yang masih ada sisa-sisa cairan spermanya, rasanya asin tapi aku menikmati itu semua. Robby pun terkulai lemas dan kulihat dia sangat puas dengan apa yang barusan kulakukan padanya. Aku pun berbaring di sebelah Robby, kuusap lembut dada Robby, kubelai rambutnya dengan mesra.Beberapa saat kemudian Robby mengangkat wajahnya sehingga hidungnya menyentuh pipiku. Robby pun mencium pipiku, lalu bibirku. Bibir Robby yang merah merekah sangat menggairahkan, dia melumat bibirku. Aku pun membalas ciuman itu, sesaat kami berciuman. Robby pun meneruskan ciumannya ke leherku, terus ke dadaku. Digigitnya puting susuku, ku menggeliat, mengerang pelan karena merasa nikmat sekali.Hal ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Diciuminya daerah pusarku sambil tangannya meremas-remas batang kejantananku yang sudah mulai mengeras lagi. Dia pun melepas celanaku sehingga aku sekarang hanya mengenakan CD saja. Robby terus menciuminya, Robby tidak memperdulikan kalau CD-ku sudah basah karena cairan spermaku tadi yang sudah keluar dari batangnya.Dicopotnya CD-ku segera oleh Robby, dia langsung melahap batang penisku yang memang sudah menegang, menyodok seperti meriam. Dihisap dengan penuh perasaan, sesekali buahnya pun dikulumnya."Rob.. ah.. ough..!" desahku karena nikmatnya."Terus Rob..! Terus.., ach.., ach..!"Aku tidak ingat apa-apa waktu itu karena rasa nikmat yang sangat-sangat nikmat.Tetapi di tengah-tengah perasaan nikmat itu tiba-tiba robby berhenti mengulum batang penisku."Kok berhenti Rob..?"Tetapi yang dilakukan Robby adalah dia setengah berdiri dan memintaku untuk mengulum batang penisnya. Dan kami pun mengambil posisi 69. Tidak kusia-siakan kesempatan ini, aku pun langsung mengulum batang penis Robby yang mulai membesar. Kuhisap, kulumat batang penis Robby dengan lembut dan penuh perasaan.Kudengar Robby pun mengerang, "Ach.. ach.. enak sekali De..!"Aku mengelinjang tidak tahan sewaktu Robby menjilati bagian kepada penisku, ia terus menjilatinya dan, "Ah.. ah.. Rob.. terus.. Rob..!"Kurasakan seluruh tubuhku mengejang tidak karuan."Rob.., aku mau keluar nih.. Rob..!"Akhirnya, crot.. crot.. crot..! Lahar putihku pun keluar.Aku melihat Robby terus menjilati spermaku sampai tidak tersisa. Aku lemas, tapi tanganku sambil terus mengocok batang penis Robby."Terus De..! Terus..!"Kupercepat kocokkanku. Robby mengerang, dan sperma Robby pun keluar juga. Tubuhku basah oleh keringat, begitu pun tubuh Robby.Kami berdua terkulai lemas setelah menikmati apa yang selama ini menjadi angan-anganku dan telah baru saja menjadi kenyataan. Aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada Robby, aku hanya menatapnya sambil tersenyum, kemudian kupeluk Robby erat-erat. Akhirnya kami pun tidur dengan saling berpelukan, dengan tanpa sehelai benang menempel di tubuh kami.Aku terbangun di pagi hari, tapi kulihat Robby masih pulas tidurnya. Aku pun tidak beranjak dari tidur karena aku ingin selalu berada di dalam dekapannya. Setelah beberapa saat kemudian Robby pun terjaga dari tidurnya juga, tetapi kami tidak saling melepaskan pelukan kami."De.., kamu mau jadi pacarku..?" aku hanya diam menatap wajah Robby."Rob..kamu pernah melakukan ini sebelumnya..?" tanyaku."Belum.. Baru kali ini aku melakukannya..! Kalau kamu De..?""Sama, aku juga baru pertama kali ini."Aku agak malas untuk beranjak dari tempat tidur, begitu juga dengan Robby. Akhirnya kami pun ngobrol-ngobrol di tempat tidur. Robby menceritakan semuanya tentang dirinya. Bahwa dia sebenarnya sudah merasakan perasaan suka sama sesama jenis itu sudah sejak SMA, tapi dia juga tidak berani mengungkapkan itu semua.Setelah agak siang, kami pun beranjak dari tempat tidur untuk mandi. Kami mandi bersama-sama, kami saling menggosok tubuh kami masing-masing. Setelah selesai mandi, aku pun pamitan untuk pulang, tetapi dicegah oleh Robby."Nanti aja, temani aku dulu..!" pintanya.Akhirnya kami pun menghabiskan waktu kami untuk mendengarkan musik dan sesekali kami berciuman.Begitulah cerita pengalaman saya bersama Robby, yang tidak pernah kulupakan. Sekarang Robby berada di Jakarta, sehingga kami pun berjauhan. Dan sekarang aku sendiri lagi.

Kekasih Baruku 01

Namaku Dede, aku kuliah di Perguruan Tinggi Swasta di Semarang, aku mempunyai postur tubuh yang cukup tinggi, dan berat yang proposional. Ini merupakan pengalaman pribadi yang kualami sendiri. Selama ini aku sebenarnya bingung dengan perasaanku sendiri, aku pun kadang tidak tahu harus berbuat apa dengan perasaanku ini.Aku merupakan anak yang mudah bergaul, sehingga tidak heran kalau temanku banyak, baik laki-laki maupun perempuan. Suatu hari aku ke tempat kost pacarku, namanya Hera, ia satu kampus denganku tapi lain jurusan. Aku duduk di teras depan rumah sambil mengobrol dengannya, bercanda, pokoknya banyaklah yang kami omongkan, sampai kami dikejutkan dengan seseorang."Malam Hera..""Eh.., kamu Rob.., mau apa..?" tanya Hera."Mau Tanya tugas yang tadi.." kata Robby."Oh.. ya.. sebentar..!"Hera pun masuk ke dalam. Aku persilakan duduk teman Hera tadi.Aku menatapnya dan mempersilakan dia duduk. Perasaanku berdesir waktu aku menatapnya tadi, dia tampan, tinggi dan berkulit putih bersih. Aku heran dengan perasaanku ini, karena aku ingin selalu menatapnya. Aku diam tidak berbicara sepatah kata pun sambil menatapnya, dia pun kemudian menatapku sambil tersenyum, senyumnya membuatnya tambah tampan saja.Hera pun keluar sambil membawa buku yang akan dipinjam Robby, lalu Robby pun pergi. Aku hanya menatap kepergiannya dari teras itu. Lalu kami pun melanjutkan mengobrol yang tadi sempat terhenti. Disela-sela kami ngobrol aku bertanya pada Hera siapa teman prianya tadi. Kata Hera dia bernama Robby, teman satu kelas dengannya.Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, aku pun pamit pulang. Seperti biasa, selepas pulang dari Hera aku tidak langsung pulang, karena di tempat kostku pasti masih sepi belum pada pulang. Aku pun main ke tempat kost temanku dulu, setelah sekitar jam 24.00 aku baru pulang ke tempat kostku.Sesampai di kamar aku pun merebahkan tubuhku di ranjang, tatapanku kosong menatap langit-langit, tapi saat itu terlintas wajah Robby yang tampan sambil tersenyum. Memang sejak bertemu dengan Robby aku tidak dapat melupakan senyumnya.Sebenarnya aku juga pernah merasakan hal yang serupa dulu, setiap aku melihat laki-laki tampan pasti selalu terbayang di benakku, tapi mengapa ini terasa lain? Aku kadang berpikir apakah aku menyukai sesama jenis (gay), tapi mengapa aku juga mempunyai perasaan yang sama dengan Hera. ertanyaan itu selalu muncul di benakku setiap saat. Aku tidak pernah cerita dengan teman-temanku kalau aku juga menyukai laki-laki, aku takut kalau-kalau teman-temanku menjahuiku.Selepas kuliah jam 10.00 WIB aku pergi ke perpustakaan, di sana biasanya aku bertemu dengan Hera. Setelah lama aku menunggu Hera di situ, tapi Hera tidak kunjung muncul juga. Aku berusaha mencarinya di kelasnya tapi tidak juga kujumpai, sampai aku menatap wajah tampan yang tadi malam mengganggu pikiranku.Kuhampiri dia dan aku langsung bertanya, "Apa kamu tahu Hera di mana..?""Hera hari ini tidak masuk, entah kenapa.." kata dia.Aku pun tanpa pikir panjang langsung ke tempat kost Hera. Tapi di sana juga tidak kuketemukan. Aku mencoba hubungi HP-nya tapi tidak pernah aktif. Satu minggu sudah aku tidak ketemu Hera, lalu aku putuskan untuk pergi ke rumahnya. Aku ketemu dia di rumahnya, aku pun tanya pada Hera ada apa. Hera pun cerita padaku bahwa selama ini sebenarnya dia sudah dijodohkan dengan orangtuanya. Bagai disambar petir di siang bolong perasaanku saat itu, aku tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya diam.Lama aku terdiam lemas di sofa rumah Hera, tanpa terasa aku mengeluarkan air mata, Hera pun demikian. Aku tahu Hera, dia sebenarnya tidak mau mengecewakanku, sehingga dia pergi begitu saja. Aku pun pulang dengan perasaan hampa. Hari-hari yang kulalui selanjutnya terasa hampa tanpa harapan sedikit pun. Kuliahku pun mulai kacau karena peristiwa itu.Lama aku tidak pergi ke perpustakaan, sampai suatu hari mengharuskanku untuk pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku karena tugas yang harus kukerjakan. Di perpustakaan tanpa sengaja aku melihat Robby. Dia sedang membaca buku, entah apa yang dibacanya, tapi aku berlagak tidak melihat dia, padahal di dalam hatiku bergejolak ingin melihat seraut wajah yang kadang datang di dalam anganku. Aku tetap berusaha menjaga perasaanku yang kurasakan, aku memilih-milih buku yang kuinginkan. Setelah kudapatkan buku yang kucari, terdengar suara yang seakan-akan memanggilku."Mas.. Mas..!" ternyata suara itu datang dari Robby, sejenak aku berpaling ke arahnya, lalu dia (Robby) mendekatiku."Bagaimana kabarnya Hera..?""Baik.." jawabku ringan, "Dia baik-baik saja."Kemudian kami pun duduk berhadapan di meja paling pojok, entah kenapa hati pada waktu itu berdebar-debar duduk di depan Robby. Robby pun mengulurkan tangannya bermaksud memperkenalkan diri."Robby.. Nama Mas siapa..?""Dede.." jawabku singkat.Padahal sebenarnya aku sudah tahu kalau dia bernama Robby dari Hera."Dimana Hera sekarang, kok lama nggak kelihatan kuliah..?""Pulang kampung." jawabku."Mas Dede sudah lama ya berhubungan dengan Hera..?""Baru 5 bulan." jawabku.Kami pun mengobrol sebentar, kemudian Robby berpamitan untuk pergi dulu karena masih ada kuliah lagi."Oh.. ya, silakan.." kujawab sambil kutatap terus dia sampai menghilang di balik pintu perpustakaan.Cukup lama aku berada di perpustakaan, lalu aku pulang ke tempat kost untuk istirahat. Aku tertidur sampai sore hari.Aku mandi dan pergi ke Gramedia untuk beli buku. Gerimis mewarnai malam itu, aku pulang dengan hujan-hujanan. Malam itu sewaktu mengerjakan tugas kuliah entah kenapa muncul wajah Robby di anganku. Kenapa bukan wajah Hera yang mewarnai anganku, pikirku. Apakah aku suka sama Robby, dalam hatiku bertanya.Setelah tugas selesai kukerjakan, aku tiduran. Dalam tiduran itu aku membayangkan wajah Robby yang tampan, aku bermain-main dengan anganku. Aku membayangkan Robby melepas pakaiannya satu persatu sampai hanya menggunakan CD berwarna putih saja. Aku membayangkan tubuh indah yang ada di depanku hanya menggunakan CD saja dengan tonjolan yang cukup besar di dalamnya. Aku mulai terangsang dengan anganku itu, batang kemaluanku pun mulai menegang.Kuelus-elus batang kemaluanku. Kulepas celanaku, aku bermain-main dengan batangku sendiri. Kukocok terus batangku yang mulai menegang sambil membayangkan Robby. Sampai akhirnya, crot.. crot.. Keluar dari batang kemaluanku cairan putih kental. Lalu aku terkulai lemas sejenak. Aku terdiam lalu bangun mengambil tissue untuk mengelap cairan sperma yang ada di perutku. Lalu aku pun tidur.Sudah menjadi kebiasaanku tidur hanya menggunakan CD saja, karena rasanya lebih nyaman. Keesokan harinya karena libur aku bangun siang. Setelah menjelang sore aku pergi ke warnet untuk mencari hiburan. Seperti biasanya aku membuka situs-situs porno, tapi hari itu entah kenapa di pikiranku terlintas wajah Robby terus. Lalu aku pun segera mencari-cari situs gay. Ku-download gambar-gambar gay, banyak sekali situs-situs gay di internet. Aku pun menikmati semua itu.Sejak saat itu setiap aku pergi ke warnet, situs-situs gay pasti tidak terlewatkan untuk kubuka, sehingga koleksi foto-foto para gay itu aku punya banyak sekali di dalam kompurterku di rumah. Aku selalu membawa disket kalau pergi ke warnet untuk meng-copy foto-foto itu. Setelah itu aku pun pulang dan istirahat karena aktifitas kuliah besok sudah mulai lagi.Hari itu di kampus aku bertemu lagi dengan Robby, aku gembira sekali, tetapi perasaan itu selalu kusembunyikan."Bagai mana kabarnya Mas Dede..?""Baik.., kamu bagaimana..?" aku berbalik bertanya."Baik juga.." katanya."Jangan pangil Mas.. ah. Pangil aja namaku."Kami pun ngobrol banyak hal. Tentang kuliahku, tentang hubunganku dengan Hera yang berantakan dan masih banyak lagi. Dia pun demikian, dia cerita banyak hal tentang dia padaku. Tetapi aku tidak cerita kalau sebenarnya aku saat ini tertarik dengan dia, aku takut. Sejak saat itu kami benar-benar menjadi akrab. Kami sering jalan bersama kalau mau beli baju atau pun makan, aku merasa cocok dengan Robby dan demikian juga dia. Aku benar-benar bahagia sekali, rasanya hari-hariku menjadi indah sekarang ini, tidak seperti waktu Hera meninggalkanku.Setiap hari aku kepingin ketemu dengannya. Namun sejauh itu aku belum berani untuk masuk ke dalam kehidupan pribadinya, aku masih mencoba mencari tahu tentang Robby. Ya, sebenarnya aku sangat berharap kalau Robby juga mempunyai perasaan yang sama sepertiku.Suatu hari Robby bermain ke tempat kostku, kami ngobrol-ngobrol sampai larut malam. Malam itu hujan, terpaksa Robby pun menginap di tempat kostku. Karena ada Robby aku malu kalau tidur hanya menggunakan CD saja, lalu aku menggunakan sarung dan memakai kaos oblong saja. Kutawari Robby untuk berganti pakaian untuk tidur, lalu kuambilkan celana pendek dan kaos.Robby ganti pakaian di dalam kamarku. Robby pun lalu melepas pakaiannya, lalu celananya sampai terlihat di depanku. Sesosok laki-laki yang hanya menggunakan CD saja, persis seperti waktu aku membayangkan kalau Robby hanya menggunakan CD saja, tapi sekarang ini nyata. Dengan pandangan itu, kelelakianku langsung berdesir, karena tubuhnya yang berkulit putih, apalagi melihat dadanya yang bidang dengan ditumbuhi bulu-bulu tipis di dadanya dan daerah pahanya yang ditumbuhi bulu yang cukup lebat, serta aroma kelalakiannya yang khas itu.Setelah Robby selesai berpakaian dengan yang kupinjami tadi, aku pun tetap menatap dia."De.., kok bengong begitu sih, kamu belum pernah lihat ya..?"Aku hanya terdiam. Kami pun tiduran sambil ngobrol-ngobrol. Malam itu sangat dingin karena hujan."De.., kamu kedinginan ya..?""Iya.. nih..! Kok dingin banget ya malam ini..?"Lalu dengan cepat Robby melingkarkan tangannya di dadaku dan mendekapku."Kalau sekarang bagaimana..?" aku hanya diam sambil menatapnya."Tenang aja deh De.., aku tidak macam-macam kok.." katanya.Aku pun tersenyum membiarkan apa yang dilakukannya.Aku tidak dapat tidur saat itu, karena aku merasa bahagia sekali tidur dalam dekapan laki-laki yang selama ini hanya menjadi fantasiku saja, tetapi sekarang dia tidur di sampingku sambil mendekapku dengan penuh kehangatan. Padahal aku berharap lebih dari sekedar pelukan, tetapi aku tidak dapat mengatakannya.Aku hanya berpura-pura memejamkan mata saja waktu Robby berbisik padaku."Kamu sudah tidur De..?" bisiknya.Tetapi aku tetap diam saja seakan-akan memang sudah tidur. Aku yakin Robby pun tidak tidur saat itu, karena tangannya yang tadinya melingkar di dadaku mulai kurasakan menyentuh kupingku, membelai rambutku dan mengusap-usap wajahku. Batang kemaluanku sebenarnya sudah tegang dari tadi, tapi aku tetap berpura-pura tidur.


Kejutan Paris - 4

Kemudian, saya merasakan bibirnya mencium-cium kulit punggungku. Lidahnya pun tak mau kalah, asyik menjilati dan memandikan punggungku. Sementara itu kedua tangannya sibuk meraba-raba bagian depan tubuhku. Veri meremas-remas dadaku dan mengelus-ngelus perutku. Aku hanya bisa mengarahkan tanganku ke belakang dan meremas-remas pinggangnya. Suara deru napas kami ditenggelamkan oleh suara deru angin yang jauh lebih kencang. Lalu kurasakan pergerakan dari batang kejantanan Veri. Veri memulai penetrasinya."Aarrgghh.." erangku saat penisnya bergerak mundur, keluar dari anusku.Setiap jengkal dari dinding duburku terangsang dan menjadi gatal, memohon untuk kembali disentuh oleh penis itu. Permohonan itu terkabul karena penis Veri kembali memasuki lubangku."Hhoohh.. Aahh.. Veri.. Aahh.. Teruskan, sayang.. Oohh.."Setelah mengenai prostatku, penis itu kembali mundur, lalu maju lagi, dan kemudian mundur lagi. Begitu seterusnya. Dengan irama tetap nan bertenaga, Veri menghajar lubangku dengan batang kejantanannya."Aargghh!! Ooh!! Aahh!!" erangku setiap kali prostatku terkena.Sekujur tubuhku bergetar saat gelombang orgasme kecil menyerangku. Setiap kali prostatku terkena, aku merasa seolah-olah napasku tercekat dan tubuhku dialiri gelombang kenikmatan. Hal itu terjadi berulang-ulang. Tekanan di dalam bolaku semakin menguat, membuat penisku terus-menerus meliurkan precum. Keringatku bercucuran meskipun keadaan suhu udara di puncak Eiffel lumayan dingin dan berangin keras. Veri mendorong penisnya lebih dalam, ikut mendorong tubuhku. Berpegangan kuat-kuat, aku menahan tubuhku agar tidak terjungkal ke depan. Kedua tangan Veri bergerak dan mengamankan pinggulku. Ah, nikmatnya bersetubuh dengan pria yang kucintai.."Aarrgghh.. Aarrgghh.. Sempit sekali, sayang.. Oohh.. I'm fucking you.. Oohh.." racau Veri, menekan-nekan batang penisnya sedalam mungkin.Deru napasnya terdengar kencang sekali saat Veri membungkuk untuk mencium leherku. Ciumannya sangat maut, diselingi gigitan-gigitan mesra. Seperti tentakel gurita, Veri menahan kulit leherku dnegan bibirnya. Kemudian dia mencium, menyedot, dan menggigitnya. Saat dia melepaskannya, ada sebuah noda kemerahan di kulit leher. Sebuah cupang tanda cinta dari Veri. Keirngat Veri jatuh bercucuran di atas punggungku yang telanjang, bercampur dengan keringatku. Veri menyodomiku tanpa henti bagaikan mesin pemerkosa. Batangnya bergerak masuk-keluar, masuk-keluar, cepat dan bertenaga."Hhohh.. Oohh.. Aahh.. Enaknya..""Aarrgghh.." erangku.Rasa nikmat yang kurasakan sungguh tak terlukiskan. Setiap sodokannya melambungkanku ke surga. Penisku tak henti-hentinya mengeluarkan precum. Jumlahnya lebih banyak dari yang biasanya."Oohh.. Aahh.." erangku saat prostatku kembali dihajar.Sodokan yang bertenaga itu mulai membuat isi perutku nyeri seakan-akan ada yang terluka dan bengkak. Namun saya tetap merasa nikmat dan sama sekali tidak ingin Veri berhenti beraksi. Aku ingin terus disodomi oleh Veri. Aahh.. Kuberikan jiwa dan ragaku seutuhnya padanya. Aku mau menjadi miliknya selamanya."Oohh.. Aahh.. Veri.. Oohh.. Mau kkelluarr.. Aarrgghh.." Aku menggeliat-geliat, berusaha keras menahan laju orgasmeku. Veri tetap memegangiku erat-erat, tak mau aku terjatuh."Oohh!!" Pertahananku jebol. Orgasme menjemputku padahal aku sama sekali tidak menyentuh penisku dari tadi! Batangku mulai berkedut-kedut dengan liar."Aarrgghh!! Aarrgghh!! Oohh!! Aarrgghh!!"Ccrroott!! Ccrroott!! Cairan spermaku yang kental dan putih telah disemprotkan keluar dari lubang penisku. Badanku bergetar dengan hebat karena rasa nikmat yang luar biasa. Sungguh orgasme terhebat yang pernah kualami. Veri masih memegangi pinggulku seraya mempenetrasi anusku yang kini berkedut-kedut liar sebagai efek berantai dari orgasmeku."Oohh!! Aku juga mau.. Aarrgghh!!" Veri tak mau mencabut batangnya. Dia terus saja menusuk-nusuk lubang pantatku."Aarrgghh!! Oohh!! Aarrgghh!! Uugghh!!", erang Veri, dan.. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Cairan kelaki-lakiannya membanjiri anusku yang sudah longgar, terasa panas membara.Sekujur tubuhnya bergetar hebat sampai-sampai kakinya hampir tak mampu menopang tubuhnya. Penis Veri mengeluarkan seluruh isinya hingga saya merasa seolah-olah perutku penuh. Dengan desahan panjang, Veri menarik penisnya keluar.Lelehan pejuhnya ikut mengalir keluar karena duburku sudah penuh sekali dengan spermanya. Sebagian menetes ke atas lantai. Aku bahkan dapat merasakan sel-sel spermanya berenang-renang di dalam duburku. Jika aku bisa hamil, aku mau sekali hamil dan melahirkan anak untuknya. Veri sungguh baik dan cinta sekali padaku, aku akan melakukan apa saja demi kebahagiaannya.Lubangku masih menganga dan terasa agak perih akibat penetrasi sebelumnya yang tidak melibatkan pelumas. Aku mencoba untuk menutup otot anusku namun hanya dapat bergerak sedikit. Penis Veri memang luar biasa. Aku berbalik dan menciumi Veri. Tubuh telanjang kami bertempelan dan saling menghangatkan. Angin kencang dengan cepat mengeringkan rambut kami yang basah dengan keringat. Selama beberapa saat, kami saling berdekapan sampai sisa-sisa orgasme di tubuh kami benar-benar hilang.Ketika orgasme kami berdua sudah benar-benar mereda, kami tak mau langsung turun. Setelah berpakaian kembali, kami memutuskan untuk menikmati pemandangan Paris. Berdiri di tepian, Veri melingkarkan tangannya di pinggulku, mengamankannya. Bibirnya mencium-ciumi daun telingaku sambil membisikan kata-kata cinta. Kami bercumbu; bibir kami saling mencari. Di bawah kami, masyarakat Paris mengerjakan aktivitas mereka tanpa menyadari bahwa kami baru saja bercinta di puncak menara Eiffel!"Rentangkan tanganmu, sayang," bisik Veri, meraba-raba tubuhku."Buat apa? Nanti aku jatuh. Nggak mau, ah. Takut," tolakku dengan manja."Masa nggak percaya ama saya? Kamu nggak akan jatuh. Saya akan memegangi badanmu. Cobalah, biar kayak film Titanic," bujuk Veri.Aku tidak menolak saat Veri, dengan lembut, merentangkan kedua tanganku lebar-lebar seperti sayap burung. Angin kencang bertiup ke arahku. Mulanya aku takut, tapi lama-kelamaan terasa asyik. Aku tertawa-tawa bahagia. Ini sungguh hadiah terindah yang pernah kuterima."Enak kan?" tanya Veri, tersenyum manis. Aku hanya mengangguk-ngangguk saja, tersenyum bahagia. Dalam hati saya berdoa semoga mimpi indah ini takkan pernah berakhir.Dalam benakku, terbayang kembali perjalanan cintaku. Pria-pria yang dulu pernah mengisi hatiku muncul dalam pikiranku. Tidak untuk kupikirkan, namun untuk mengingatkanku betapa baiknya Veri dibandingkan mereka. Lynn, kekasih pertamaku yang dikabarkan telah meninggal, seakan berkata padaku, "Veri adalah pasangan jiwamu yang sebenarnya. Cintailah dia dengan sungguh-sungguh. Aku akan selalu berada di atas untuk menjagamu. Kalian berdua akan hidup bahagia selamanya, Endy." Lalu bayangan Brian menggantikannya. Dulu kau pernah mencintainya namun dia pergi meninggalkanku tanpa pesan selamat tinggal. Kemudian ada Areg, pria Armenia, yang sempat menipu hatiku dan uangku.Air mataku menetes turun. Saya sadar bahwa jodohku memang bukan berada di luar negeri, maka dari itu saya memulai pencarianku di Jakarta dan Odie muncul. Tapi dia pun meninggalkanku dengan alasan dia ingin tobat dari homoseksualitas. Kemudian ada Aan. Dulu kukira aku takkan pernah dapat melupakannya, namun aku salah. Kini hatiku hanya untuk Veri seorang. Cintaku pada kelima pria itu sudah kukubur dalam-dalam. Mereka tak hidup lagi di hatiku. Kutolehkan wajahku dan kupandang wajah Veri yang ganteng dan penuh cinta itu. Andai saja dari dulu kami bertemu, hidupku pasti akan lebih bahagia."Kok melamun, sayang? Mikirin apa?" tanya Veri, penasaran."Nggak. Cuma sedang ingat masa laluku saja. Dulu aku begitu menderita karena cinta. Aku selalu disakiti, ditipu, dan diperalat. Tak ada yang benar-benar mencintaiku. Namun kamu berbeda sekali dengan mereka, sayang. Aku senang sekali kita menjadi kekasih. Aku akan selalu menjaga cintamu ini." Kukecup pipinya."Aku juga akan menjaga cintamu, Endy." Veri memelukku dari belakang. Ah, hangatnya pelukannya itu."Kamu mau menikah denganku?" tanyanya tiba-tiba."Apa? Menikah?" Aku merasa tak percaya dengan pendengaranku ini."Denganmu? Kamu serius?""Benar. Menikah. Kamu mau menjadi pendamping hidupku? Aku janji akan sellau membahagiakanmu, sayang," kata Veri dengan mata bersinar-sinar."Kita bisa menikah di Holland kalau kamu mau. Hanya kita berdua saja. Lalu kau akan membawamu pergi jauh sekali ke tempat di mana hanya ada kau dan aku saja. Kau akan menjadi milikku selamanya. Bagaimana? Kamu mau?""Oh Veri, tentu saja. Aku mau. Aku mau sekali menjadi pasangan hidupmu. Sayangku.."Kubalikkan badanku dan kupeluk tubuhnya erat-erat. Dalam hati, aku berharap semoga mimpi ini akan menjadi kenyataan. Dulu kau memang pernah memberitahukan Veri tentang impian terbesarku, bahwa aku ingin hidup bersama kekasihku selamanya, selalu berada di sisinya. Tapi aku tak pernah menyangka bahwa Veri bersedia mewujudkannya.Hidup ini memang aneh. Apa yang kita inginkan, tidak akan langsung diberikan. Aku memohon untuk diberikan seorang kekasih tetap seumur hidup, namun takdir mengharuskan aku bertemu dengan 5 pria dahulu untuk mempelajari arti hidup dan cinta, kemudian baru mempetemukanku dengan Veri. Kupandang bintang-bintang di atas dan kulihat mereka berkelap-kelip seolah tersenyum padaku. Aku tak perlu lagi menjelajahi dunia untuk menemukan pasanganku. Kini aku dapat beristirahat. Aku percaya bahwa setiap orang mempunyai belahan jiwa masing-masing. Dan aku telah menemukan belahan jiwaku.. Veri..


Kejutan Paris - 3

Bergandengan tangan dan sesekali berpelukan, kami diajak untuk mengunjungi ruangan-ruangan dalam Versailles. Istana itu memang sungguh indah. Satu ruangan yang menarik perhatianku adalah Galerie des Glaces (Ruangan Kaca). Terdapat 17 jendela di satu sisi dan di sisi lainnya ada 17 cermin besar. Ruangan itu nampak seolah-olah lebih besar dari ukuran aslinya berkat tipuan kaca itu. Lampu kristal mewah bergantung di langit-langit yang dihiasi lukisan-lukisan.Di ruangan inilah, Perjanjian Versailles ditandatangani oleh pihak Sekutu dan Jerman di tahun 1919. Saat rombongan sudah berpindah ke ruangan lain, Veri dan saya tetap berada di Ruangan Kaca. Kami suka memandangi refleksi kaca yang memperlihatkan kami berdua sedang berpelukan dan berciuman. Veri menciumku dengan penuh nafsu. Suara ciumannya bergema ke mana-mana. Badan kami bergesekan dan dapat kurasakan tonjolan besar di balik celananya."Nanti malam, kita akan melakukan sesuatu hal yang gila. Tapi aku yakin kamu pasti suka," bisik Veri, memelukku. Tentu saja saya penasaran sekali namun Veri tak mau membeberkan rencana rahasianya."Ayo, cepat. Nanti kita ketinggalan rombongan," seru Veri, menarik tanganku. Seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta, kami berlari melewati Ruangan Kaca sambil tertawa-tawa. Ah, indahnya cinta..Sepulang dari Versailles, Veri masih saja mengajakku mengelilingi kota Paris bersama-sama. Veri tak ragu-ragu memeluk dan mendekapku di jalan yang penuh orang. Kebanyakan memang tidak heran melihat tingkah kami, walaupun ada beberapa yang melihat kami dengan pandangan aneh. Tapi Veri tidak merasa terganggu. Aku pun tak menolak dipeluk di depan umum. Kami mengelilingi kota Paris dengan bis Double Decker yang terkenal itu. Sengaja kami duduk di tingkat atas yang terbuka, tanpa atap, agar bisa melihat keindahan Paris.Sesekali Veri menciumku. Tangannya dilingkarkan di bahuku seolah mengumumkan pada semua orang bahwa aku adalah miliknya. Aku suka sekali diperlakukan romantis seperti itu olehnya. Kusandarkan kepalaku di dadanya tanpa mempedulikan orang-orang di sekitar kami. Malam mulai turun, kota Paris mulai bermandikan cahaya lampu di mana-mana. Bis kami berhenti tepat di depan menara Eiffel. Lampu-lampu kecil menghiasi setiap rangkanya sehingga dari jauh kita dapat menyaksikan kegemerlapan menara itu. Berdiri di kaki menara tinggi itu, aku merasa seperti seekor semut.Aku pernah membaca di ensiklopedia Britannica bahwa pada mulanya pemerintahan Perancis ingin menyelenggarakan pameran untuk mengenang 100 tahun Revolusi Perancis. Agar lebih semarak, mereka mengadakan kontes desain. Dari 100 lebih desain yang didaftarkan, desain karya Gustav Eiffel-lah yang diterima. Menara Eiffel, setinggi 300 meter, pun dibangun sejak tahun 1887 dan dijadikan sebagai gerbang masuk pameran itu di tahun 1889. Menara itu dibangun di atas dasar setinggi 5 meter dan dilengkapi antena pemancar televisi, sehingga total tinggi menara itu adalah 322 meter."Jangan kelamaan berdiri di sini, sayang. Ayo, kita naik," ajak Veri, membimbingku masuk. Suasana ruangan di bawah Eiffel sudah sepi karena hari sudah malam."Kamu tunggu di sini dulu, yach," pesan Veri sebelum dia menghampiri petugas penjaga elevator menara.Kulihat Veri berbicara serius dengannya, sesekali Veri menunjuk ke arahku. Aku tak mengerti apa yang sedang dibicarakannya. Tapi belakangan kulihat Veri menyelipkan segepok uang ke dalam saku celana penjaga lift. Saat Veri menghampiriku, dia berkata.."Ayo, sayang. Kita naik."Seperti orang kebingungan, saya mengikutinya. Kami berdua masuk ke dalam lift bersama si penjaga lift itu. Perjalanan ke puncak menara membutuhkan beberapa menit. Setelah tiba di puncak, sang penjaga pamit dan turun ke bawah dengan lift itu. Kami ditinggalkan berdua saja di sana.Suasana di puncak Eiffel hampir sama dengan suasana di puncak Monas. Sejauh mata memandang, hanya terlihat hamparan kerlap-kerlip lampu kota. Udara malam yang dingin menerpa tubuhku namun aku tidak merasa kedinginan. Aku tahu, inilah yang dimaksud Veri. Kupandang wajahnya seraya berkata.."Veri, ini hadiah terindah. Terima kasih banyak, sayang." Kukecup pipinya, kiri dan kanan. Dan diakhiri dengan sebuah ciuman mesra dan panas di bibirnya.Veri terbawa suasana dan mulai menciumiku dengan penuh nafsu. Tangannya meraba-raba wajahku dan turun ke badan. Bibirnya lapar, mencari-cari bibirku. Kami berciuman dengan liar dan panas. Namun buru-buru kudorong dia, takut ada orang yang melihat. Tapi Veri berkata.."Jangan takut, sayang. Penjaga tadi sudah kusuap. Dia takkan mengganggu kita. Percayalah. Aku ingin memberimu pengalaman berkesan yang tak terlupakan. Jika Jack dan Rose hanya berciuman di anjungan Titanic, maka kita akan berciuman dan bahkan bercinta di puncak menara Eiffel." Veri terdiam dan menatapku saja. Namun pelan-pelan bibirnya mendekat, mendekat, dan akhirnya lengket dengan bibirku. Aku terhanyut dan kucium balik dia. Tanpa mempedulikan apapun, aku bercinta dengannya.Sambil berciuman, kami saling melucuti pakaian kami. Meskipun suhu udara malam itu agak dingin, tapi tubuh kami berdua dipanaskan oleh api cinta dan birahi. Pelan-pelan, kaos dan celana panjang kami sudah terlepas. Kulihat celana dalam Veri sudah basah sekali dengan noda precum. Kondisi celana dalamku pun tak berbeda jauh. Dan kami berdua sama-sama tegang. Namun, tanpa malu, kami menelanjangi diri kami sebulat-bulatnya. Batang kemaluannya menegang dan berdenyut-denyut. Kupandangi wajahnya yang ganteng itu. Mataku beralih turun, menyapu tubuhnya dan baru berhenti tepat di batangnya. Tanpa perlu disuruh, saya berlutut dan memasukkan batang kejantanannya ke dalam mulutku.Cita rasa precum yang khas langsung menyambutku. Dengan rakus, kujilat habis cairan yang menempel di kepala penisnya itu. Sungguh kepala penis yang indah dan aku bahagia dapat memilikinya karena Veri adalah pacarku. Lidahku kuputar-putar di sekeliling kepala penisnya, merangsang setiap sel di permukaan kulit penisnya yang sensitif. Air liurku yang hangat menyelubungi kepala penis itu, menambah sensasi tersendiri. Veri hanya mampu merem-melek seraya mendesah-desah. Tubuhnya bergetar, menahan kenikmatan. Kedua putingnya mengeras, nampak seksi sekali. SLURP! SLURP! SLURP! Aku asyik menghisap penisnya. Mm.. Nikmat sekali. Veri meremas rambutku dan mengendalikan kepalaku. Hisapanku menguat, kusedot sekuatku. SLURP! Cairan precumnya bocor keluar dan langsung kujilati. Terasa licin dan agak asin di lidah, namun aku sangat menyukainya."Aahh.. Oohh.. Hisap terus, Endy.. Oohh.. Sayang, enak banget.. Aarrgghh.. Ayo, sayang.. Lebih kuat.. Aarrgghh.."Veri terus saja mengerang seraya mendorong kemaluannya keluar masuk mulutku. Namun aku hampir tak dapat mendengar kata-katanya sebab suaranya dibawa pergi oleh hembusan angin keras. Campuran precum Veri dan air liurku mnegalir dari sudut bibirku."Aarrgghh.. Enak sekali.. Aahh.." Sesekali aku sampai tersedak karena batangnya menjelajahi mulutku terlalu dalam."Hhohh.. Hhoohh.." Veri mendadak mencabut batangnya keluar."Hhoosshh.. Hampir mau keluar.. Aahh.. Aku belum mau keluar karena aku belum menyodomimu. Kamu mau 'kan kusodomi?" Veri membelai-belai wajahku.Kulihat Veri berjalan mendekati onggokan celana panjangnya dan sedang sibuk mencari sesuatu. Saat kulihat Veri mengeluarkan kondom, aku segera mendekat dan mencegahnya. Saya berkata.."Tak usah pakai kondom, Veri. Aku mau kamu memasukiku tanpa kondom. Aku cinta kamu dan aku percaya akan cintamu. Jika aku masih memaksa kamu memakai kondom, itu berarti aku tidak mempercayaimu. Tapi aku percaya, kamu tak pernah bermain sembarangan setelah kita jadian. Maka dari itu, aku percaya kamu bersih dari AIDS. Lagipula, dulu kita berdua pernah mengetes diri kita dan terbukti kalau kita berdua bebas AIDS. Jadi, simpan saja kondommu. Aku mau bercinta denganmu tanpa penghalang. Aku mau kamu merasakan tubuhku seutuhnya.""Oh, Endy sayang," balas Veri, menjatuhan kondom dan celana panjangnya ke lantai. Ciuman mesra kembali kuterima. Oh, aku tak pernah bosan dengan ciumannya.Cairan precumku mengalir keluar dari lubang kencingku. Precum itu jatuh menempel di lantai dan tertarik bagaikan lem elastis namun segera putus. Veri mendekapku lagi sambil membisikkan kata-kata yang merangsang nafsu birahiku. Tangannya meraba-raba sekujur tubuhku dan merasakan kehalusan kulitku. Aku merasa sangat rapuh di dalam pelukannya, namun pelukannya yang hangat juga menimbulkan perasaaan aman.Veri membimbingku menuju tepian puncak Eiffel. Aku berpegangan pada pegangan tangan di tepian itu. Tanpa mengeluh, aku membungkuk dan merenggangkan kakiku lebar-lebar. Lubang pantatku terekspos dan berkedut-kedut, disapa angin malam. Di depanku, dan juga di bawahku, terbentang pemandangan malam kota Paris yang menakjubkan. Aku tak takut jatuh sebab aku yakin Veri pasti akan melindungiku. Di belakangku, Veri bersiap-siap untuk membor anusku dengan kemaluannya."Aarrgghh.. Ketat banget.. Aahh.." racau Veri, merem-melek saat kepala penisnya dipaksa masuk untuk menembus pantatku."Hhoohh.. Oohh..""Aarrgghh.. Oohh.. Aahh.."Aku juga ikutan mengerang akibat rasa sakit yang dialami anusku karena dipaksa untuk membukakan jalan bagi penis Veri. Namun aku menyukai rasa sakit akibat disodomi, apalagi jika rasa sakit itu datang dari penis pria yang aku cintai. Terasa sangat erotis. Bblleess.. Dan kepala penis Veri pun masuk. Kami berdua mengerang karena lega. Oh, penis Veri terasa hangat sekali dan berkedut-kedut di dalam duburku. Selanjutnya, Veri mendorong batang penisnya masuk seluruhnya."Oohh.." erangku, merasakan setiap jengkal dari pergerakannya. Astaga, benda itu sungguh terasa hidup, seolah-olah penis itu sedang bergerak masuk atas kemauan dan pikirannya sendiri."Hhohh.. Terus, Veri.. Aahh.. Enak sekali.. Hhoohh.. Lagi.. Lebih dalam lagi.. Aahh.. Terus, sayang.." racauku.Sengaja kudorong pantatku mundur agar bisa menyarungkan batang penisnya dengan anusku. Akhirnya seluruh batang itu sudah masuk. Kami berdua bernapas lega dan beristirahat sejenak. Kurasakan kedutan-kedutan marah dari batang kejantanannya jauh di dalam liang pembuanganku. Veri memeluk tubuhku dari belakang. Hidungnya sibuk mengendus-ngendus punggung dan merasakan aroma cologne yang kupakai. Aku memang suka sekali dengan wewangian, berguna sebagai aroma terapi.


Kejutan Paris - 2

Dengan lapar, Veri menjilat-jilat bagian tubuhku yang lain, seperti dada, perut, paha. Cahaya lampu kamar kami yang sangat terang menerangi tubuh telanjangku. Veri dapat menikmati ketelanjanganku dengan sempurna. Untuk pertama kalinya, kami merasa sangat bebas dan tanpa diliputi kecemasan. Hanya ada kami berdua saja di dalam kamar itu, memadu kasih dan bercinta. Ketika Veri tiba di selangkanganku, dia berhenti untuk mengagumi alat kelaminku. Seperti anak kecil yang mendapat mainan baru, Veri asyik memainkan penisku. Karena aku belum disunat dan juga karena kulupku tak normal, Veri tidak bisa mengekspos kepala penisku. Namun dia cukup puas bermain dengan penisku. Demi kepuasannya, aku sengaja mencukur semua bulu di tubuhku, termasuk rambut kemaluanku. Memang tidak sempurna karena bercukur seorang diri itu susah sekali.Tiba-tiba Veri mencaplok kemaluanku dan mulai menghisapnya. Hisapannya kuat dan bertenaga. Sejujurnya, aku memang kurang dapat merasakan sensasi nikmat akibat dioral karena penisku terbungkus kulup, namun tetap saja asyik. Veri sengaja memusatkan perhatiannya pada lubang penisku karena hanya bagian itulah yang terekspos. Lidahnya dengan ahli menggoda lubang kencingku dan membuat birahiku naik seketika. Cairan precum mengalir keluar sebagai tanda bahwa aku sangat menikmatinya. Veri menjilati cairan itu dan buru-buru menciumku. Ya, kami berbagi cairan precumku. Rasanya nikmat sekali dapat saling berbagi cairan tubuh. Sesaat, Veri kembali memandangiku. Jarinya membelai-belai halus wajahku."Aku menyayangimu, Endy," bisiknya."Oh, Veri, kasihku, aku juga amat sangat menyayangimu. Aku mencintaimu," kupeluk Veri. Saya berharap waktu dapat berhenti saja pada saat itu agar aku bisa tetap berpelukan dengannya untuk selamanya."Hisap batangku donk, sayang," bujuk Veri di telingaku.Dengan nakal, Veri menjilati daun telingaku. Bagian itu juga nerupakan bagian sensitifku sehingga sekujur tubuhku merinding nikmat. Oohh.. Pria ini memang mengerti setiap bagian dari peta tubuhku. Bagaimana aku dapat menolak permintaannya? Veri berlutut dan menyodorkan kemaluannya ke depan mulutku. Tanpa ragu, aku buka mulutku dan langsung mengoralnya."Hhoohh.. Enak sayang.. Aahh.."Mulutku yang hangat dan basah menyelimuti kepala penisnya. Air liurku melumasi permukaan kulitnya dan melindunginya dari pergesekan. Batang kemaluannya keluar-masuk mulutku dengan irama tetap. Aku harus berjuang karena aku ingin memberikan yang terbaik untuk Veri-ku. Aku ingin dia merasakan kepuasan yang belum pernah dia dapatkan dari pria lain yang pernah ditidurinya. Sekarang aku adalah kekasihnya dan sudah menjadi kewajibanku untuk melayani Veri."Hhoohh.. Hhoohh.." Veri meremas-remas rambutku seraya mengendalikan irama hisapanku.Penis Veri sungguh terasa enak dan nikmat sekali. Aku senang menghisapnya. Mendengar erangan nikmat yang keluar dari mulutnya membuatku senang karena itu berarti aku telah berhasil memberikan kenikmatan padanya. Sengaja kuhisap lebih keras lagi. SLURP! SLURP! Hisapanku telah berhasil menghisap cairan precum keluar dari lubang kencingnya. Langsung saja kujilat habis. Cairan precum adalah cairan terenak di dunia, di samping cairan sperma. Tapi aku hanya menyukai precum dan sperma milik Veri saja karena dialah pria yang kucintai. Aku tak mau merasakan cairan dari pria lain, terasa menjijikan. SLURP! Tubuh Veri bergetar saat kusedot cairan itu dari penisnya. Ah, enak sekali.."Hhoohh.. Hisap terus, sayang.. Aahh.. Jangan stop.. Oohh.. Hampir sampai.. Aahh.." Veri mempercepat ritme penetrasinya. Mulutku digunakan untuk menuntaskan hasrat birahinya."Hhoohh.. Yyeeaahh.. Aahh.."Napas Veri semakin cepat; dadanya yang agak bidang terlihat naik-turun. Butiran-butiran keringat muncul dari dalam pori-porinya. Sambil menyedot batang kejantanannya, kuremas-remas bolanya dengan lembut. Dan kurasakan bola itu mengembang dan.."Aarrgghh!!" Veri mencapai klimaks. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Kutampung semua semprotan spermanya di dalam mulutku sambil tetap terus menghisapnya. Aku tahu, Veri pasti sangat menikmatinya."Aarrgghh!! Oohh!! Aahh!! Aahh!!" Sperma Veri terasa asin dan pahit tapi enak sekali. Kutelan semuanya tanpa sisa. Kuperas penisnya sampai tetes air mani yang penghabisan."Hhoohh.." desahnya, menyeka keringat yang bercucuran di dadanya.Aku bangun dan duduk di ranjang. Melihat dadanya yang basah berkeringat membuatku sangat terangsang. Kuserang dadanya dengan jilatan-jilatan maut. Veri kaget dan menggeliat-geliat geli sewaktu lidahku menjilati keringatnya dan juga memainkan putingnya. Tubuh Veri memang sangat sensitif, mudah sekali kegelian. Hal ini agak menyusahkan jika aku ingin menjilati dan memainkan bagian-bagian sensitif tubuhnya. Tapi aku suka jika Veri gampang kegelian karena aku pernah mendengar bahwa jika pasangan kita gampang kegelian, itu menandakan bahwa dia akan mencintai kita seumur hidup. Mungkin hal itu benar karena seingatku, semua mantanku tak ada yang sensitif terhadap rasa geli, mungkin karena itulah tak ada dari mereka yang benar-benar mencintaiku. Tapi Veri berbeda; hanya Veri yang mudah kegelian. Dan itu pertanda bahwa Veri sungguh-sungguh mencintaiku..Veri membaringkanku di atas ranjang. Kedua kakiku dilebarkan dan anusku terpampang jelas. Desahan napas kekaguman terdengar dari mulutnya. Veri tersenyum mesum padaku sambil menunjukkan jarinya. Dua jarinya segera melesat masuk ke dalam anusku dan langsung disambut dengan erangan nikmatku.Aku tak tahu kenapa Veri suka sekali mempermainkan anusku dengan jarinya. Tapi aku menyukai perlakuannya itu sebab rasanya nikmat sekali. Sebenarnya aku mengharapkan agar Veri mau menyodomiku dengan penisnya, namun rupanya dia ingin menyimpannya untuk acara malam besok."Aarrgghh.. Enak banget, Ver.. Oohh.."Sebelah tangannya dipakai Veri untuk mengocok batang kemaluanku yang sekeras baja. Cairan precumku mengalir turun membasahi tangannya. Namun Veri terus saja mengocok batangku seraya menusuk-nusuk lubang pantatku."Aarrgghh.. Uugghh.. Veri.. Aahh.. I love you.. Oohh.. Aahh.." Veri hanya tersenyum mesum dan malah menusukkan jarinya semakin dalam sehingga mengenai prostatku. Dan aku pun berorgasme dengan hebat."Aarrgghh!!" Tanpa dapat ditahan, spermaku muncrat lagi, lagi, dan lagi.Seperti lelehan lava, spermaku yang putih dan kental meleleh turun dengan deras. Penisku terus-menerus berkontraksi untuk mengeluarkan air mani. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Dan aku hanya bisa mengerang dan terus mengerang."Oohh!! Uugghh!! Aahh!! Hhoohh!!" Veri tak mau melepaskan penisku. Dia tetap memerasnya. Bahkan saat aku telah berhenti berejakulasi, Veri masih saja memerahku."Aahh.. Hhoohh.." desahku, menahan sisa-sisa orgasme yang masih tersisa di tubuhku.Cairan spermaku berceceran di sekujur tubuhku dan bahkan di ranjang. Namun Veri tidak langsung mencabut jarinya. Dia sengaja menariknya keluar perlahan sekali.Veri merayap naik dan menciumku lagi. Kami berpelukan dan bergulingan. Spermaku berbusa akibat digesek-gesekan dengan tubuhnya. Veri berbaring telentang dengan tubuhku di sampingnya. Aku didekap di dadanya; kepalaku menempel di atas dadanya. Detak jantungnya terdengar jelas sekali. Kuraba-raba dadanya namun Veri kegelian."Veri, kenapa dulu aku menolak bertemu denganmu? Kenapa dulu aku terlalu setia pada mantanku?", kataku tiba-tiba."Tapi bagaimana pun juga sekarang kita sudah berdua, Endy sayang. Kita pasangan kekasih. Dan tak ada kata terlambat untuk itu. Aku bahagia bisa memilikimu. Biar saja pria-pria gay yang lain iri hati melihatmu di pelukanku karena kamu hanya milikku seorang. Mereka hanya bisa membayangkanmu tapi tak bisa memilikimu. Oh sayang, kamu akan selamanya setia padaku 'kan?""Tentu saja, Veri. Sayangku, kamu tak perlu mencemaskan hal itu. Aku telah menemukan pasangan sejatiku setelah bertahun-tahun masa pencarianku. Aku menemukan kamu. Terima kasih telah mencintaiku dengan tulus, Veri. Aku janji, aku takkan pernah meninggalkanmu. Malah aku yang cemas kamulah yang akan meninggalkanku," jawabku agak manja. Mendengar hal itu, Veri hanya tertawa saja."Sayang, jangan khawatir. Aku akan selalu berada di sisimu. 'Kan aku sudah janji?" Veri mendaratkan sebuah ciuman mesra di atas keningku."Sudahlah, sekarang kita tidur, yuk. Besok kita banyak acara. Aku mau membawamu melihat keindahan istana Versailles dan menara Eiffel. Kamu pasti suka, sayang."Veri membelai-belai rambutku dan bahkan menyanyikan sebuah lagu pelan untuk mneidurkanku. Aku merasa sangat aman dan dicintai. Pelukannya begitu hangat dan nyaman. Aku langsung tertidur pulas, dipeluk olehnya. Aku baru membuka mataku saat pagi menyapa kami.*****Pagi itu juga, kami berangkat ke istana Versailles dengan taksi. Istana mewah bekas kediaman Raja Louis XIV hanya berjarak sekitar 16 kilometer dari ibukota Paris. Dalam beberapa jam saja, kami sudah tiba di sana. Kami ikut dalam rombongan tur terbuka yang diselenggarakan oleh pihak istana. Veri sibuk membolak-balik buku panduan Versailles. Namun karena matanya lebih sering tertuju padaku daripada pada buku panduan, saya mengambil alih buku itu. Dengan begitu, kami berdua bisa mengetahui lebih banyak tentang istana itu dan Veri pun bisa memandang wajahku tanpa gangguan.Ternyata istana Versailles sudah berdiri sejak tahun 1634 dan mulanya berfungsi sebagai tempat perburuan dan peristirahatan Louis XII. Namun anaknya, Louis XIV mengubah tempat itu menjadi sebuah istana kediamannya yang megah, lengkap dengan taman. Versailles hampir dimusnahkan pada saat Revolusi Perancis tahun 1789. Kini Versailles sudah dipugar dan nampak cantik seperti dulu.


Kejutan Paris - 1

Ada sebuah perahu cinta, berlayar ke timur, selatan, barat, utaraSeluruh penjuru telah diarunginya, mengangkut harapan dan impianPerahu itu datang dan pergi dengan bebas tanpa kecemasanMusim semi datang setelah musin dingin pergiWaktu berputar, berjalan terus, terus, dan terusDulu, ada sebuah perahu cinta. Keindahannya telah memudarBadai telah menerpanya dan karang telah merusaknyaHarapan memudar dan impian hancur berantakanBerlayar terus tanpa tujuan, mencari pelabuhan cintaPerahu cinta kini telah menemukan pelabuhannyaAkhirnya dia dapat merapat dan beristirahatMasih mengangkut harapan dan impian yang tersisaTak ingin mengarungi samudera lagiPelabuhan itu kini menjadi rumah barunya, sekarang dan selamanya..*****Akhirnya Veri mengambil cuti selama seminggu. Veri-ku memang suka sekali jalan-jalan/tamasya. Berkeliling dunia adalah impiannya yang terbesar. Aku berharap aku dapat mewujudkan impiannya, tapi aku bukan anak konglomerat. Yang dapat kuberikan padanya hanyalah cinta tulus dan murni; cinta yang tak akan didapatnya dari pria gay lain. Saat Veri mengabarkan perihal cutinya, aku tentu saja senang sekali sebab kami akan dapat bersama-sama."Aku mau mengajakmu pergi. Kamu mau?" tanya Veri mendadak. Pandangan matanya yang teduh terasa memabukkan."Ke mana, sayangku? Ke hotel? Akhirnya, kita tak pernah dapat kesempatan untuk.." kataku. Namun belum selesai saya berbicara, Veri sudah memotongnya."Kita akan ke Paris," katanya, santai.Veri mendekatkan tubuhnya dan memelukku. Saat itu, kami sedang berada di ruang tamuku. Tangannya yang hangat dan penuh cinta meraih wajahku dan mengelus-ngelusnya."Paris?" tanyaku, terkejut sekali."Tapi..""Tak ada tapi-tapian. Orangtuamu pasti setuju, lagipula mereka 'kan sayang padaku. Pasti mereka memperbolehkan aku untuk membawamu." Veri tersenyum lebar."Semuanya sudah kubereskan, paspor, visa, tiket. Kita tinggal berangkat. Masa kamu lupa? Sbeentar lagi kan tepat satu tahun kita menjadi kekasih. Anggap saja hadiah anniversary untukmu." Veri mendaratkan sebuah ciuman mesra di bibirku. Kusambut ciumannya dengan penuh cinta dan gairah."Oh, Veri, kamu baik banget," jawabku, mataku berkaca-kaca.Seumur hidupku, belum pernah aku dicintai oleh pria yang begitu mencintaiku."Tak usah sungkan. Itu semua karena aku mencintaimu. Aku sayang kamu, Endy," bisiknya, terus saja membelaiku."Aku juga, Veri. Tapi pasti mahal sekali," balasku, masih merasa tak enak. Aku merasa seolah-olah aku membebaninya."Tak perlu sungkan. Kamu 'kan kekasihku. Lagipula, sudah sejak lama aku tidak ke Paris. Dulu kupikir aku pergi sendirian, tanpa ada yang menemani dan mendampingiku. Tapi sekarang aku punya kamu. Dan aku mau kamu menemaniku, sayang. Kamu mau 'kan?" Veri menciumiku lagi, menunggu jawaban ya dariku.Dan tentu saja kujawab ya. Tak mungkin aku menolaknya. Aku ingin selalu berada di sisinya, dan inilah kesempatanku untuk berduaan saja dengannya."Terima kasih, sayang," balas Veri, menciumiku lagi. Bibir kami bertautan dan berpagutan, lapar mencari cinta. Tiba-tiba Veri berhenti menciumiku dan bertanya dengan cemas."Kamu kenapa? Kamu sedih? Kok nangis segala?""Aku nggak sedih, Veri. Aku cuma kelewat bahagia," jawabku, buru-buru mengeringkan air mataku. Tanpa sadar, air mataku berlinang turun."Selama ini, aku selalu disakiti secara mental oleh pria-pria yang pernah kucintai. Kutawarkan cinta yang tulus pada mereka, semuanya kuberikan pada mereka tanpa menuntut banyak sebagai balasannya. Namun mereka semua meninggalkanku. Namun saat aku bertemu denganmu, kurasakan kamu beda sekali. Hatiku mengatakan kamulah belahan jiwaku yang selama ini kucari-cari."Tak dapat menahan haru, kupeluk tubuh Veri dan menangis terisak-isak bahagia di dalam pelukannya."Aku telah mencarimu ke mana-mana, Veri. Dan akhirnya kutemukan kau. Aku sungguh-sungguh mencintaimu, Veri. Kuharap kita bisa selamanya bersama sebagai pasangan kekasih. Jangan biarkan siapa pun memisahkan cinta kita, ya?""Jangan khawatir, sayang. Aku akan selalu di sini, mencintaimu. Aku akan selalu menjagamu. Takkan ada yang akan melukai hatimu lagi karena Veri-mu ada di sisimu." Veri melepaskanku dari pelukannya. Jarinya dengan lembut melepas kacamataku, kemudian menyeka air mataku."Akan kupastikan, takkan ada lagi air mata kesedihan yang mengalir dari sepasang mata yang indah ini. Kamu tahu 'kan kalau aku lebih suka melihatmu tanpa kacamata, sayang?" Veri menciumi wajahku."Cinta kita akan abadi selamanya. Aku takkan pernah meninggalkanmu, sayang. I love you.."Dan begitulah. Beberapa hari kemudian, kami berdua terbang ke Paris. Takkan ada yang mengganggu kami di sana. Kami dapat sepuasnya bermesraan di sana, terutama di dalam kamar hotel kami. Saat pesawat kami mendarat di lapangan udara Paris, aku tak henti-hentinya mengagumi keindahan kota itu. Ketika menuruni tanga pesawat, Veri melingkarkan tangannya di bahuku dan mendekapku. Kulingkarkan tanganku di pinggangnya. Siapa pun yang melihat kami, asalkan tidak buta, pasti sadar bahwa kami adalah pasangan gay, tapi kami cuek saja. Malam itu, begitu kami tiba di kamar hotel, kami langsung berbaring di ranjang kelelahan. Ranjang kami besar sekali dan juga sangat empuk.Veri dan aku sudah menanggalkan jaket kami karena suhu di kamar cukup hangat. Malahan, kami merasa bahwa kami harus bertelanjang bulat karena kami mulai kepanasan. Kami berbaring bersisian, kepala kami ditopang sepasang bantal yang empuk sekali. Kutolehkan wajahku dan mendapati Veri sedang menatapku. Kuberikan sebuah senyuman yang paling hangat padanya. Kembali Veri melepaskan kacamataku dan meletakkannya di meja samping. Mendekatiku, Veri memeluk tubuhku seperti memeluk guling.Aku merasa sangat aman berada di dalam cinta dan lindungannya. Ciuman demi ciuman mendarat di wajah dan leherku. Kututup mataku untuk lebih meresapi cintanya. Pria ini sungguh tahu cara mencintai dan memanjakanku. Dalam hati, aku berdoa, 'Tuhan, Veri begitu baik dan sayang padaku. Kumohon, biarkan aku memilikinya. Biarkan aku mencintainya seumur hidupku. Jangan pisahkan kami. Aku mencintainya, Tuhan. Aku sungguh-sungguh mencintainya..' Aku hampir menangis terharu lagi; aku memang sangat sensitif."Aku mencintaimu, Endy. Aku ingin sekali bercinta denganmu. Aku ingin memuaskanmu dan aku juga ingin dipuaskan. Sayang, aku bahagia sekali bisa memilikimu," bisik Veri seraya menciumiku.Kedua tangannya dengan terampil sibuk melucuti pakaianku. Aku tak mau kalah; kulepaskan pakaiannya juga. Kami bergumul di ranjang yang besar itu. Satu-persatu pakaian kami berterbangan ke lantai. Veri begitu bernafsu padaku. Dia memang termasuk tipe pria yang memiliki libido tinggi. Aku sama sekali tidak pernah khawatir akan kesetiaan cintanya padaku meskipun dia gampang terangsang. Aku percaya padanya karena dia adalah Veri-ku, dan Veri takkan pernah menyakiti hatiku. Saat itu, kami akhirnya sudah tak mengenakan apa-apa lagi. Batang kemaluan kami berdua terekspos, tegak berdiri dan saling beradu pedang. Selama beberapa saat, kami berdua hanya saling bertatapan saja dan mengatur napas kami. Aku berbaring telentang, sementara Veri menindih tubuhku. Kehangatan tubuhnya yang telanjang bulat menghangati tubuhku.Bibir kami bertemu dan saling bertukar air liur. Lidah kami saling beradu, menjilati langit-langit mulut kami. Aku suka sekali cara Veri menciumku; lembut namun sekaligus bernafsu. Aku sama sekali tidak merasa jijik saat kami bertukar liur karena aku mencintainya. Sepasang puting Veri yang sudah tegang terasa menggesek-gesek dadaku, membujuk putingku untuk tegang juga. Ah, aku tenggelam dalam cumbuan Veri. Lidah Veri menjelajahi tubuhku, mengikuti setiap lekukannya. Sensasi dingin yang ditinggalkan air liurnya membuatku merinding nikmat. Sapuan lidahnya yang sensual membuatku menggeliat nikmat. Kedua tangan Veri tak henti-hentinya meraba-raba setiap jengkal dari tubuhku, memuaskan rasa penasaran mereka. Veri memandangiku dari ujung rambut sampai ujung kaki, tak ada bagian yang terlewat. Dia sungguh memuja tubuhku, membuat wajahku bersemu merah.Saat lidah Veri menemukan putingku yang masih tertidur, Veri menghisapnya. Aku hampir terlonjak geli karena putingku memang sangat sensitif. Tanpa ampun, Veri mengulum dan menyedot putingku. Aku menggeliat-geliat nikmat sekaligus geli, tapi aku suka sekali perlakuan Veri padaku. Hal itu menandakan dia memang menyukaiku. Setelah puas mengerjai putingku, Veri beralih pada putingku yang satu lagi. Tak ayal lagi, Veri mengeluarkan jurus-jurusnya dan membuatku kembali menggeliat-geliat. Veri tersenyum puas melihat efek dari hasil kerjanya.


Kejahatanku - 3

Bambang menarik-narik kontolnya, mengocok-ngocoknya, menatap ke depan, entah siapa yang ditatapnya karena tatapannya kosong. Suasana semakin panas saat Nano juga menari, menelanjangi pakaiannya, meliuk-liukkan tubuhnya di belakang tubuh Bambang, memeluknya erat, sesekali Nano meremas-remas kontol Bambang yang besar panjang dan hitam tersebut, mengocok-ngocoknya. Bambang mendesah.. Yah, suara yang memang kuperintahkan untuk dikeluarkannya.Aku kembali memeluk tubuh Edi, mengelus-elus dadanya dan membuka kaos yang dia kenakan. Dadanya penuh dengan bulu-bulu lebat. Aku menjilati dadanya, mengisap-isap teteknya dan putingnya aku jilati, kugigit pelan dan kutarik. Tanganku terus mengelus tubuhnya yang berbulu tersebut, hingga tanganku masuk ke dalam celananya, tanganku meremas-remas kontolnya yang sudah bereaksi. Aku memintanya untuk melepas celana jeansnya, pandanganku beralih pada Anton dan tersenyum melihatnya."Mau ikut?", tanyaku, Anton mulanyanya menolak, namun akhirnya mengikuti permainan kami, laki-laki tersebut menelanjangi pakaiannya dan demikian juga denganku.Aku memeluk tubuh Anton yang berdiri di depanku, dan langsung mulutku menangkap batang kontolnya yang masih lemas tersebut dan dengan lahap kutelan batang kontolnya untuk kuisap-isap, kutarik-tarik dengan kedua bibirku yang aku rapatkan."Akhh", desah Anton menikmati permainanku.Kontolku yang sudah besar dan panjang tegang, kuremas-remas dan kuminta Edi untuk mengisap-isapnya. Laki-laki tersebut tentu saja menolak. Aku melepaskan batang kontol Anton dari mulutku dan menarik tangan Anton menyuruh Anton mengisap-isap kontol Edi, kontol temannya. Anton sedikit ragu memulainya, padahal kontol Edi sudah berada di depannya.Aku menepuk kedua tanganku dan saat itu juga Bambang berjalan ke arahku dan dengan sedikit perintah yang kubisikkan di telinganya, laki-laki tersebut mendekati Edi, meremas batang kontolnya dan blup, Bambang menelan batang kontol Edi, menarik-nariknya, mengocok-ngocok kontol Edi di dalam mulutnya, beberapa lama kemudian, Bambang mengeluarkan batang kontol Edi dalam mulutnya dan menyerahkannya kepada Anton, untuk diisap-isap laki-laki tersebut. Anton memulai permainannya dengan membuka mulutnya dan menelan batang kontol Edi. Yeekk, suaranya karena merasa jijik. Bambang mengajarkannya kembali, akhh.. Anton memulainya dengan pelan dan laki-laki tersebut akhirnya mulai menikmatinya.Aku berdiri, mendekatkan batang kontolku ke mulut Edi dan menyuruhnya untuk menelannya. Edi menolak sambil memalingkan mukanya. Aku mengusap rambutnya dan memutar kepalanya perlahan dan mendekatkan kepala kontolku ke bibirnya sambil kembali memintanya untuk menelan kontolku. Akhirnya Edi melakukannya. Aku langsung mendorong batang kontolku saat mulutnya terbuka.Sementara Nano dengan bernafsu menyodomi Bambang, laki-laki tersebut menindih tubuh Bambang, mengangkat kedua kaki Bambang ke atas dan menggerakkan pantatnya dengan cepat. Desahan-desahan dan nafas berat Nano terdengar sambil sesekali mencumbu bibir Bambang dengan sangat bernafsu.Aku menarik tangan Anton dan mendekati Nano yang sedang menyodomi Bambang. Anton yang terus mengocok-ngocok batang kontolnya menyaksikan pemandangan di depannya dan aku menyuruhnya untuk mengambil alih posisi Nano untuk menyodomi Bambang dan tanpa perintah kedua kalinya, Anton yang sudah bernafsu langsung menyodomi temannya tersebut.Aku menyaksikan pemandangan tersebut dengan tersenyum puas, puas dengan keberhasilan apa yang telah kuperbuat. Aku memeluk tubuh Nano dari belakang, meremas-remas kontolnya yang licin tanpa jembut-jembut, yah aku selalu mencukurnya.Beberapa saat kemudian kami berdua saling berciuman, bercumbu dan kemudian menghampiri Edi yang duduk sambil terus mengocok-ngocok kontolnya. Aku membungkukkan tubuhku dan langsung melahap batang kontol Edi, sementara Nano yang melihatku menungging begitu langsung menghunjamkan batang kontolnya ke dalam lubang pantatku, menyodok-nyodoknya dengan pelan, sesekali tangannya kurasakan meremas-remas kontolku yang agak melemas.Kontol Edi terus kujilati, dari kepala kontolnya yang besar sampai pangkalnya yang berjembut lebat hitam dan ikal. Edi mendesah menikmati permainanku. Kembali batang kontolnya kubetot di dalam mulutku, menggesek-gesekan gigiku ke batang kontolnya yang membengkak besar tersebut hingga Edi akhirnya menyerah dengan permainanku, laki-laki tersebut tidak mampu menahan kenikmatan yang sangat luar biasa dan aku merasakan cairan kental hangat membanjiri langit-langit dalam mulutku. Akhh, begitu hangatnya.. Aku menatap Edi yang mengelus-elus dadanya yang berbulu, matanya terpejam. Sementar Nano masih terus menyodok-nyodok lubang pantatku, laki-laki tersebut menikmati inci demi inci lubang pantatku, menggoyang pantatnya sehingga bunyi peraduan pantatku dan pangkal pahanya terdengar.Aku menggeser tubuhku ke depan sehingga kontol Nano terlepas, keluar dari lubang pantatku dan laki-laki tersebut langsung meremas-remasnya. Aku mengajak Edi berbaring di sofa dan merangkul punggungnya, mengatur posisi kakinya yang aku naikkan dengan kakiku, dan meletakkan pahanya tersebut pada lututku. Keadaan demikian membuatku dapat dengan mudah untuk menyodomi lubang pantatnya yang masih perawan dan berbulu banyak di sekitarnya.Beberapa kali aku mengusahakan agar kepala kontolku yang besar dapat menembus lubang pantatnya, hingga sedikit demi sedikit aku dapat melakukannya dan aku langsung menekan pantatku saat kepala kontolku sedikit masuk ke dalam buritnya. Edi mendesah menahan sakit. Sedikit demi sedikit akhirnya batang kontolku masuk ke dalam lubang pantatnya dan aku mencumbu bibirnya, menciuminya. Tangan Edi beberapa kali memegang pahaku saat aku mulai menggerak-gerakkan pantatku agar ia dapat merasakan geli dan enak, merasakan kenikmatan antara gesekan dinding lubang pantatnya dengan batang kontolku.Nano menarik tangan Anton dan mereka mendekatiku yang sedang memuaskan nafsuku bersama Edi, Nano menekan pundak Anton ke bawah sehingga mukanya mendekati kontol Edi. Tubuhnya yang sedikit menungging tersebut langsung disodomi oleh Nano. Dengan paksa Nano merobek burit Anton dengan kontolnya. Anton menjerit kesakitan, tetapi justru Nano terus menikmati lubang pantat Anton dengan terus menyodok-nyodok lubang pantat laki-laki tersebut. Nano membekap tubuh Anton sehingga laki-laki tersebut tidak dapat memberontak. Akupun mulai menggerak-gerakkan pantatku, merasakan betotan lubang pantat Edi yang begitu enak kurasakan. Akhh.. Laki-laki tampan yang begitu aku sukai.Burit Edi, Anton, dan Bambang kugilir malam itu, kontolku merasakan lubang pantat ketiga laki-laki remaja tersebut begitu juga mulutku. Akhh.., berapa kali aku menikmati kenyalnya daging-daging segar tersebut, daging kenyal yang membuatku terpuaskan, batang yang panjang, besar dan sangat-sangat kenyal. Batang kontol Anton dan Edi kutelan secara bersamaan. Kontol kedua laki-laki tersebut merasakan empotan mulutku yang tidak habis-habisnya mendarat masuk ke dalam mulutku dan seperti tidak sabar untuk menunggu antrian untuk dinikmati, diisap-isap dan dikocok-kocok dengan mulutku.Terasa waktu terlalu cepat berlalu hingga sudah pagi, entah berapa kali mulutku sudah merasakan semprotan mani ketiga laki-laki tersebut, entah berapa kali juga aku menyodomi lubang pantat mereka secara bergantian, dan entah sudah berapa banyak mani yang telah jatuh ke lantai hingga meninggalkan bekas 'pulau' yang baunya menambah gairahku. Akhh.. Malam yang sangat sensasional, tiga orang laki-laki telah kudapatkan malam itu. Akhh.. Jarang aku mendapatkan malam-malam seperti ini.Aku tersenyum setelah mengantar mereka ke terminal bus untuk kembali pulang ke rumah mereka masing-masing dengan memberikan uang yang telah kujanjikan, dan Bambang akan terbebas dari kekuatan hipnotisku mulai besok pagi. Laki-laki tersebut akan menyadari bahwa lubang pantatnya sakit saat dia telah sadar, dan pasti bertanya-tanya apa yang terjadi gerangan, apalagi dengan adanya uang satu juta di dompetnya, akh entahlah dan aku tidak ingin memikirkannya."Bila butuh Omm, telepon yah", bisikku pada Edi.Akhh.. Aku begitu menyukai laki-laki tampan tersebut. Kalau saja dia bersedia untuk kujadikan kekasih homosexku yang kedua, wah tambah seru lagi hidupku. Yah, itulah hidupku, jahat, jahat memang, dengan kekuatan hipnotisku aku dapat melakukan apa saja, apa saja yang aku suka dan aku dapat menjadi kaya seperti ini karena kekuatan hipnotisku juga.Dua tahun yang lalu, kejahatanku ini sempat tercium oleh pihak kepolisian. Dua orang reserse mencoba menangkapku, namun justru mereka yang tertangkap olehku, dengan mengeluarkan kekuatanku secara maximal karena aku tahu bahwa mereka juga mempunyai "pegangan", aku berhasil menghipnotis mereka, mengajak mereka ke hotel dan aku melakukannya dengan mereka, melampiaskan nafsu sexualku, nafsu homoku kepada kedua polisi tampan tersebut. Salah mereka sendiri, kenapa malah polisi tampan yang disuruh untuk menangkapku.Aku tak habis-habisnya menyodomi kedua laki-laki tersebut, mengisap-isap batang kontol Kapten Herman dan batang kontol Serka Robert yang besar panjang dan belum disunat lagi. Akhh.. Urat-urat batang kontol laki-laki tersebut menonjol besar. Akhh.. Gila.. Aku terpuaskan dan sangat terpuaskan merasakan maninya yang kental dan hangat. Enak gila, batang kontol Serka Robert kubetot di dalam mulutku hingga aku merasakan batangnya yang keras, aku jilati kulit ujung kontolnya dan kutarik dengan mulutku.Laki-laki tersebut hanya diam dengan tatapan kosong tanpa desahan keluar dari mulutnya, tapi cukup memuaskan bagiku. Aku meninggalkan mereka setelah aku tepuaskan, yah aku sangat puas.Aku tersenyum, saat salah satu surat kabar memberitakan bahwa dua orang anggota kepolisian kedapatan berhubungan antar sejenis di hotel X dan di kamar xx dan ditemukan lima juta rupiah di kamar tersebut dan satu gram shabu-shabu berikut alat hisapnya dan beberapa pil ecstacy. Rupanya mereka menikmati obat-obat terlarang itu dahulu sebelum berhubungan sex.Entah sudah berapa puluh orang yang telah menjadi korban kejahatanku, merampok hartanya, atau menyodomi lubang pantatnya dan aku masih mencari korban berikutnya, dengan mengendarai mobil Panther kesayanganku untuk mencari laki-laki tampan di keramaian, di mall, di pusat perbelanjaan, di terminal, di bank atau di beberapa tempat ATM yang aku tahu pasti letaknya di kota ini.Korban selanjutnya mungkin saja anda!! Hahaha..., akulah si raja hipnotis dan si raja sodomi.. Ingat!! Kejahatanku selalu dekat dan sangat dekat dengan anda. Di saat kalian lengah, di saat itu juga kesempatanku datang dan kalian akan segera berada di bawah kekuasaanku, di bawah pengaruh hipnotisku. Waspadalah...! Waspadalah...!


Kejahatanku - 2

Dengan uang satu juta yang kujanjikan, Edi kembali mengeluarkan batang kontolnya dari dalam celana, dan aku menikmatinya. Kokocok-ngocok batang kontolnya dengan mulutku, membetotnya, menikmati daging kenyal tersebut senti demi senti, menjilatinya hingga batang kontolnya basah oleh air lidahku.Kontol Edi kembali kulumat hingga tenggelam sampai ke pangkalnya. Kugerakkan lidahku agar laki-laki tersebut merasakan hisapanku. Desahan Edi tenggelam tak terdengar sama sekali di antara suara sound system bioskop yang kencang.Aku merasakan kalau mani Edi telah muncrat di dalam mulutku hingga tubuhnya mengejang, kakinya merenggang, menahan puncak kenikmatan yang dia rasakan. Aku menjilati batang kontolnya hingga licin, tidak ada mani yang tertetes, maninya yang kental kulahap semuanya. Akhh.. enaknya.. Aku beralih ke Anton, ingin juga merasakan kontolnya, kuremas-remas. Anton hanya diam menatapku"Om akan memberimu satu juta", ucapku sambil mengerlingkan mata kananku."Keluarkan totong lo, Om rasa sudah tidak tahan mengisapnya".Anton mengeluarkan batang kontolnya yang panjang dan diameter kontolnya tidak begitu besar. Kembali mulutku langsung mencaplok batang kontol Anton dan menarik-nariknya sesaat, lalu kukocok-kocok di dalam mulutku. Saat Edi kembali dari toilet, melihatku yang lagi asyik mengisap-isap kontol Anton, dengan tenang duduk dan menikmati film kembali.Anton mendesah kegelian, saat batang kontolnya kujepit dengan kedua bibirku, tanganku masuk ke dalam kaosnya dan mengelus-elus dadanya, memegangi puting teteknya."Akhh.." desahnya."Enak..? Nikmat..?", tanyaku melepas kontolnya sesaat dari mulutku dan kembali kulumat lagi sampai ke pangkalnya."Akhh..", Anton akhirnya tidak mampu menahan kenikmatan dan kegelian yang luar biasa, mulutku terasa di semprot dengan air maninya yang banyak.Edi dan Anton setuju ikut bersamaku kembali menghabiskan malam panjang ini bersama-sama saling bercumbu dan menikmati petualangan sex sesama lelaki, sementara Bambang hanya diam saja dengan tatapan kosong, yah laki-laki tersebut sudahh di bawah penguasaanku, di bawah kontrolku, di bawah pengaruh hipnotisku. Aku mengajak mereka ke rumahku yang berjarak ratusan kilometer dari tempat tinggal mereka. Pembantu setiaku Nano, menyambut kami."Anak baik", ucapku mengelus pipinya, laki-laki tersebut begitu manis, dengan usia 23 tahun, tampan, dengan badan bulat berisi, pembantu dan sekaligus merangkap istriku.Aku mengajaknya tinggal bersamaku saat aku menemuinya di terminal bus antar kota, kebingungan sendirian dan tidak mau bertanya, mungkin malu, saat kuhampiri dan menanyakan tujuannya, dia menggelengkan kepalanya, tujuannya mencari kerja di kota tanpa sanak keluarga di sini. Aku mengajaknya tinggal bersamaku. Aku tersenyum saat melihat Nano yang terkagum-kagum melihat rumahku.., "Wah, besar, bagus, bagus sekali rumah Om ini", ucapnya.Nano mengikutiku masuk ke dalam kamar, dan menyuruhnya untuk membersihkan tubuhnya yang bau oleh keringat, aku menunjukkan kamar mandi yang berada di dalam kamarku. Nano kembali menemuiku."Om, airnya habis", ucapnya polos, aku tersenyum dan menghantarkan Nano kembali ke kamar mandi tersebut. Kuputar keran yang berada di bathtub, merasakan campuran air panas dan dingin dari kedua keran yang kubuka."Nah, sudah ada airnya khan?", ucapku tersenyum menatap Nano yang juga tersenyum."Maklum wong dusun, Om", ucapnya."Sini, Om bantu, membuka baju kamu"Aku membuka kaosnya yang entah sudah berapa hari tidak diganti, bau keringatnya masih terasa. Celana jeans yang dikenakannya juga aku buka."Akh, isin (malu) Om", ucapnya polos saat aku ingin membuka kolornya."Yah sudah, kamu mandi saja dulu""Gayungnya mana Om?", tanyanya lagi."Yah, endak usah pake gayung, langsung saja nyebur ke bathtub itu", ucapku sambil tersenyum.Aku kembali lagi melihatnya yang sedang duduk di bathtub, sambil mencipratkan air ke sekujur tubuhnya. Aku tertawa kecil melihatnya, tersenyum, mendekatinya, membuka celana pendekku dan masuk ke dalam bathtub dengan bertelanjang bulat dan merangkul badannya."Kenapa kolornya tidak dibuka?", tanyaku sambil tersenyum."Isin, Om", jawabnya lagi."Ah, tak perlu malu", ucapku, memintanya untuk berdiri dan tanganku memerosotkan kolornya. Laki-laki tersebut malu-malu saat aku memegang kontolnya yang panjang dan masih tidur itu."Ah, begini khan enak, nyaman khan?", ucapku, menyuruhnya untuk duduk kembali dan menyabuni seluruh tubuhnya dengan sabun cair. Aku memberi shampoo pada rambutnya yang ikal dan sedikit panjang."Bagaimana? Segar kan?", tanyaku."Iya, Om", jawabnya malu-malu."Mulai sekarang, panggil saya Ayah, Nano saya anggap sebagai anak angkat, mau?", tanyaku lagi memandang wajahnya yang oval dan begitu tampan. Nano mengangguk dan beberapa kali mengucapkan terimakasih kepadaku.Tanganku kembali mengusap-usap punggungnya, menyikatnya dengan spons, memintanya berdiri karena aku akan menyabuni kedua kakinya. Nano menurut, kedua pahanya yang sedikit besar aku sabuni, kedua pantatnya mendapat giliran, aku meremas-remas kedua pantatnya, dan pada belahan pantatnya, hem, sangat kenyal, hingga aku terangsang dan totongku bereaksi, menjadi tegang, bertambah panjang dan membesar. Saat Nano membalikkan badannya, saat itu kontolnya bereaksi bertambah besar dan panjang, aku tersenyum melihat anak tersebut yang menjadi tersipu malu. Kontolnya persis berada di depan mukaku."Terangsang yah", sindirku, Nano bertambah malu."Tidak, perlu malu, Ayah suka kok dengan kontol Nano ini", ucapku, dan langsung memegangnya, meremas-remasnya, mengocok-ngocok batang kontolnya yang panjang melebihi kontolku.Aku semakin geram melihat batang kontolnya dan langsung kutelan, kujilati, kukocok-kocok dengan mulutku."Akhh.. Om", desah Nano di sela-sela keheranannya.Aku terus mempermainkan kontolnya di mulutku. Jilatan lidahku dari ujung batangnya, dari kepala totongnya hingga ke pangkal batang kontolnya. Tubuh Nano sedikit limbung menahan kegelian, kenikmatan yang dia rasakan dan aku menyarankannya untuk duduk di sisi bathtub, dan kembali mengempot batang totongnya, menelannya, mengocok-ngocok kontolnya di dalam mulutku. Biji totongnya yang besar menggantung panjang, kutarik-tarik, sambil batang kontolnya tetap berada di dalam mulutku."Akhh.., aduh omm.." desah Nano."Enak..?", ucapku sambil tersenyum.Nano hanya mengangguk. Kembali batang kontolnya kukocok-kocok dengan mulutku, dan mempercepat goyangan kepalaku maju mundur, agar batang kontolnya keluar masuk di dalam mulutku, sambil membetot batang kontolnya dengan kedua bibirku yang kukatupkan. Nano merasakan kegelian yang luar biasa dan aku langsung mengeluarkan batang kontolnya dari mulutku, menggenggam batang kontolnya erat yang sedang menyemburkan mani kental, sangat kental dan banyak. Aku menatapnya sambil tersenyum, melihat sisa-sisa maninya kembali keluar dari lubang kencingnya, aku langsung menjilati sisa mani tersebut hingga membuat tubuh Nano mengejang sesaat."Nikmat, sayang?", tanyaku.Nano kembali mengangguk dengan malu. Aku masih meremas batang kontolnya dan berdiri, tanganku menarik batang kontolnya mengajaknya keluar dari bathtub, membalikkan tubuhnya ke arah tembok kamar mandi, meremas batang kontolku dan dengan pelan berusaha memasukan batang kontolku ke dalam lubang pantatnya. Blesszz, krkk, terdengar koyakan burit Nano saat kepala kontolku masuk ke dalam, aku menekan pantatku agar batang kontolku lebih masuk ke dalam, tidak menghiraukan jeritan Nano yang kesakitan, meminta ampun, aku terus melanjutkan permainanku, hingga batang kontolku lebih masuk ke dalam, dan kutekan pantatku kembali hingga membuat batang kontolku amblas seluruhnya di dalam pantatnya."Akhh.." Desahku menahan nafas, menikmati keperawanan lubang pantat Nano yang menjepit batang kontolku yang besar, perlahan aku menggerak-gerakkan pantatku."Aduh, Om, ampun, sakit.. Sakit..", jerit Nano. Aku terus dengan permainanku, goyangan pantatku semakin kupercepat, menyodok-nyodok lubang pantatnya.."Hemm.. Hemm.. Akhh.. Akhh.. Akhh.." desahku tak beraturan menambah energiku untuk menyodomi anak lugu tersebut.Kontolku terlepas dari lubang pantat Nano, dan aku menyuruh laki-laki tersebut untuk berbaring di lantai dan aku langsung menindih tubuhnya dan menyodomi buritnya kembali, rontaan Nano membuat kepuasan bagiku, kedua pahanya terbuka lebar dan aku semakin leluasa untuk menyodomi lubang pantatnya, menyodok-nyodok buritnya yang kini merekah lebar, hingga aku dapat menikmati kepuasan yang luar biasa hingga nafsuku terpenuhi."Akhh.." Aku terkulai lemas di samping tubuh Nano, laki-laki tersebut menangis terisak."Sudahlah", ucapku mengelus rambutnya.Selesai mandi dan melampiaskan nafsuku, aku mengajak Nano makan makanan yang telah aku beli. Nano menyantap makanan tersebut dengan lahap. Dan selanjutnya pembaca bisa menebak apa yang kulakukan kembali kepada Nano, aku terus merenuk kepuasan dari anak polos tersebut berkali-kali, dan sebaliknya Nano juga aku ajarkan bagaimana cara memuaskan nafsunya dengan menyodomi buritku.Hari-hari berikutnya, aku dan Nano kembali ngentot saling memuaskan nafsu kami berdua, di ranjang, di kamar mandi dan di mana saja di saat nafsuku memuncak bersama laki-laki tersebut. Untuk mencari variasi bersama laki-laki lain, aku keluar untuk mencarinya, menghipnotisnya, merampok uangnya, atau dengan membayar laki-laki tersebut dengan harapan nafsu sexku terpuaskan, yah seperti saat ini, aku lebih menyukai ngentot bersama laki-laki yang bukan karena pengaruh hipnotisku, karena aku bisa melampiaskan imajinasi sexku sepuasnya, menikmati kepuasan bersama-sama, saling bernafsu, saling bercumbu, saling terpuaskan, dan bersama-sama mencapai puncak kenikmatan.Ketiga tamuku duduk dengan baik di sofa, Edi dan Anton memperhatikan rumahku dan mungkin kagum melihat isi rumahku yang komplit. Tak berapa lama kemudian aku kembali menjumpai mereka dengan memakai pakaian santai, kaos singlet dan celana pendek saja lalu duduk di antara Edi dan Anton. Nano membawakan kami beberapa krat bir dan menghidangkannya di depan, laki-laki tersebut memutarkan film yang enak ditonton, yaitu film porno homosex.Tanganku sejak tadi sudah bermain-main di dada Edi, meremas-remasnya, menciumi lehernya sesekali. Edi merasa risih dengan kelakuanku, laki-laki tersebut menggerak-gerakkan badannya hingga cumbuanku sering menyerempet dan tidak mengenai ke sasaran. Laki-laki tersebut mungkin merasa malu atau karena belum biasa dicumbu oleh sesama laki-laki. Aku menghentikan permainanku, berdiri menarik tangan Bambang ke belakang dan kembali menemui mereka. Bambang kuperlakukan sebagai pancingan bagi Edi dan Anton agar tidak merasa malu dengan permainan yang akan kulakukan karena Bambang yang masih berada dalam hipnotisku bisa kuperintahkan untuk berbuat sekehendakku.Sekembalinya aku menemui mereka, Bambang langsung menari-nari di depan kami dengan musik house yang di setel oleh Nano. Tarian Bambang semakin panas, laki-laki tersebut membuka kaosnya, meremas-remas kontolnya dan sesekali mengelus-elus badannya, hingga tarian Bambang terus memanas dan membuatku semakin terangsang, saat laki-laki tersebut membuka celana jeansnya bersamaan dengan kolor yang dikenakannya. Menari telanjang bulat di depan kami, Anton tertawa terbahak-bahak beberapa kali mengatakan Bambang gila dan sebagainya, Edi hanya tersenyum.

Kejahatanku - 1

Kupandangi wajahku di cermin sekali lagi, menatap wajah yang tampan, klimis dengan potongan rambut yang tidak begitu pendek dan berminyak, memegang pipi dan daguku yang halus tanpa sehelai rambutpun, aku telah mencukurnya tadi siang.Ini saatnya untuk bersenang-senang. Mengendarai mobil Panther berwarna hitam, mobil kesukaanku, mobil yang bersejarah dan banyak kenangan.Mobil kuparkir dengan baik, menghidupkan alarm sebelum memasuki pintu utara Mall. Salah satu mall yang terbesar di kota ini. Aku jarang ke tempat ini, namun aku ingat di mana posisi ATM berada. Ada beberapa ATM dari beberapa bank di tempat tersebut dan banyak antrian rupanya. Aku melihat pajangan etalase yang berada di sebelah kiri, tak berapa jauh letaknya dari ATM tersebut, sambil mengamati orang-orang yang melewatiku, menunggu, menunggu orang yang cocok untuk kujadikan korbanku malam ini.Akhirnya, target utamaku kelihatan. Seorang laki-laki bertubuh sedang dan proposional dengan tingginya, berkumis tebal, hitam dan ikal, membuat laki-laki tersebut bertambah tampan dan berwibawa, dengan rambut yang ikal, rapi dan rambut putihnya sedikit kelihatan di sebelah kiri dan kanan agak menutupi kedua telinganya. Pakaian dan sepatu yang dikenakannya menunjukan bahwa laki-laki tersebut adalah orang yang mapan hidupnya, mungkin pengusaha atau seorang pegawai dengan jabatan yang sangat bagus di perusahaan tempat dia bekerja.Aku ikut antri di belakang laki-laki tersebut, sambil memegang kartu ATM kepunyaanku."Antriannya lumayan juga yah Pak", ucapku berbasa-basi."Maklum bulan muda, yah", jawabnya."Mengajak keluarga jalan-jalan di bulan muda ini memang menyenangkan yah", aku memulai mengajaknya mengobrol kembali."Begitulah Mas, kapan lagi kita bisa menyenangkan orang rumah yang setiap hari di rumah, kita ajak sekali-kali biar tidak bosan dia, yah refreshinglah"."Keluarga ada di mana Pak?", tanyaku sambil memukul pundaknya."Sebelah sana, di counter pakaian, mau pilih-pilih baju katanya", laki-laki tersebut menjawab pertanyaanku."Bagaimana kalo kita mengobrol dulu, saya ada bisnis yang sangat bagus dan mungkin Bapak tertarik", bisikku tak jauh dari telinganya sambil menepuk sisi pundaknya yang lain.Laki-laki tersebut mengikutiku dengan spontan, keluar dari antrian. Aku berjalan menuju tangga darurat yang terletak bersebelahan dengan toilet dan menaiki anak tangga tersebut satu persatu. Di belakang, laki-laki tersebut terus mengikutiku, dan kami sudah berada di lantai 2 mall tersebut. Memasuki kamar toilet pria yang paling ujung, langsung kututup dan kukunci pintu kamar toilet setelah laki-laki tersebut berada di dalam.Laki-laki tersebut hanya diam saja dengan tatapan kosong, dan aku mulai menjamah celananya, merogoh kantong bagian belakang, mengambil dompet dan membukanya. Uang ratusan ribu ada di dalamnya, dengan jumlah yang cukup lumayan, kuambil kartu kredit dan tiga kartu ATM dari bank yang berlainan. Aku tersenyum membaca nama yang tertera pada kartu-kartu tersebut. Suryo Widodo. Yah, betul dugaanku, laki-laki ini potensial untuk dijadikan korban, korban kejahatanku, korban hipnotisku. Mudah bagiku untuk mengetahui berapa banyak uang yang dimiliki laki-laki tersebut di ketiga kartu ATM-nya dan nomor PIN-nya juga.Aku keluar dari kamar toilet setelah membisikan perintah kepada Pak Suryo dan 10 menit kemudian aku kembali, melihat laki-laki tersebut masih menatapku dengan tatapan kosongnya. Aku memeluk Pak Suryo, mencium bibirnya dengan lembut, tanganku menyentuh kontol laki-laki tersebut dan meremas-remasnya, akh.. lumayan besar, saat aku merasakan kontol laki-laki tersebut."Ayo, kita lihat berapa besar kontolmu Sayang", ucapku sambil mencium bibir laki-laki tersebut kembali dan berjongkok melepaskan gesper yang dia kenakan dan celana panjang dan kolornya aku perosoti sebatas paha. Akhh, kulihat kontolnya yang besar, hitam dengan jembut-jembut yang lebat, hitam dan ikal."Aku akan melakukannya dengan cepat, yah dengan cepat Sayang..", ucapku memandangnya sambil terus meremas-remas kontol Pak Suryo.Kontol laki-laki tersebut mulai bereaksi bertambah besar dan memanjang, aku langsung menyambutnya dengan mulutku, aku mengisap-isap batang kontol laki-laki tersebut, menikmatinya, hemm.. enak.. kenyal.. Aku terus mengocok batang kontol Pak Suryo di dalam mulutku.."Akhh..", desahku. Pak Suryo hanya diam dengan tatapan semula saat aku menghipnotisnya.Aku berdiri, membalikkan tubuh laki-laki tersebut menghadap tembok, meremas-remas pantatnya yang berbulu, kontolku yang sudah tegang, besar dan panjang keluar dari balik resleting dan perlahan aku menancapkan kontolku ke dalam lubang pantat Pak Suryo."Jangan mendesah atau menjerit, saya tidak mau mendengar suara Bapak di tempat ini", bisikku.Aku memuaskan nafsuku, mengentot lubang pantat Pak Surto, menekan pantatku dengan pelan, agar batang kontolku masuk lebih dalam lagi. Aku mendesah merasakan sempitnya burit Pak Suryo, lubang pantat yang masih perawan. Krakk.., bunyi robekan Burit Pak Suryo tidak kuhiraukan, aku terus memuaskan nafsuku, menyodomi lubang pantatnya, menggerakan pantatku dengan cepat, sehingga batang kontolku masuk dan keluar.Aku mendesah pelan, merasakan jepitan lubang pantat Pak suryo yang semakin terasa membetot batang kontolku, gerakan pantatku kupercepat untuk mengakhiri permainanku, dan akhirnya puncak kenikmatan kurasakan, menarik tubuh Pak suryo, memeluknya erat.. Aku mendesah melepaskan maniku ke dalam lubang pantatnya.Kurapikan pakaianku dan pakaian Pak Suryo sambil mencium bibir laki-laki tersebut dengan pelan dan mendekatkan mulutku ke telinganya dan berbisik."Kamu tidak akan mengingat pertemuan dengan saya dan tidak ingat dengan kejadian ini, dan akan sadar saat merasakan sakit setelah keesokan harinya. Bersikaplah tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan memang tidak ada yang terjadi. Temui keluarga, dan terimakasih atas uang dan kenikmataan yang kamu berikan kepada Saya. Selamat tinggal sayang", ucapku sambil mengelus pipinya, tersenyum melihat laki-laki tersebut yang berjalan meninggalkan kamar toilet. Uang senilai 15 juta dari ketiga kartu ATM-nya sudah berada di tanganku, dan aku telah memasukan 1 juta rupiah ke dalam dompetnya.Aku mengendarai mobil Pantherku meninggalkan mall tersebut, memasuki jalan tol, menuju utara mencari tempat keramaian dan memikat laki-laki muda untuk bercinta, ngentot bersama. Aku meminggirkan mobil, saat melihat beberapa laki-laki duduk di depan pool billyard dan memanggil mereka. Seorang laki-laki berbadan besar datang dan menghampiriku.."Ada apa Om?", tanyanya."Mau ikut?", tanyaku langsung mengajaknya. Laki-laki itu memandangku dengan heran."Ayolah", ajakku lagi."Kemana Om?""Yah, kemana saja, ke discotique, ke twenty one, atau ke mana sajalah, dari pada duduk bengong, ajak teman elo kalo mau".Laki-laki tersebut berteriak mengajak dua orang temannya. Mobil kembali kukemudikan dengan perlahan setelah tiga laki-laki tersebut naik. Sambil mengobrol basa-basi kutanyakan nama dan latar belakang mereka dan ternyata mereka masih menganggur."Baru tamat sekolah Om", jawab Edi, laki-laki yang menghampiriku dan sekarang duduk di sebelahku."Masa sih, baru tamat?", tanyaku bercanda."Betul Om, suer! Kalo Bambang tahun kemarin tamatnya", jawab Edi.Aku melihat Bambang dari kaca spion, laki-laki berbadan tinggi dengan jenggot tipis dan lebat menghiasi dagunya. Akh.. Ketiga laki-laki ini tampan-tampan ternyata, pikirku sambil tersenyum."Kita ke twenty one saja yah", ajakku."Ah, kemana saja OK-lah Om, menghilangkan suntuk", ucap Anton."Bagaimana dengan elo, Ed?", tanyaku pada laki-laki berhidung mancung dengan kulitnya yang sedikit gelap tersebut."Akh, terserahlah Om, yang penting happy", jawabnya sambil tersenyum.Aku tersenyum melihatnya, merangkul pundaknya yang keras.. Akhh.. Sebentar lagi nafsuku akan terpuaskan oleh anak ini, pikirku."Elo, orang arab?", tanyaku."Ah, enggak Om, orang Indonesia asli, Bapak orang ambon, Ibu orang Jawa", jawab Edi."Kalo kami sih memang sering memanggilnya Arab, Om", jawab Anton lagi dari belakang."Kalo Om lihat kalian ini pasti sering ke lokasi, sering ngentot yah?", tanyaku."Sekali-kalilah Om, kalo ada uang", jawab edi."Kalo tidak ada uang paling maen sama bencong", Bambang nyeletuk dari belakang."Wah, suka maen sama bencong juga yah", ucapku tersenyum.Tanganku menyentuh totong Edi, meremasnya sesaat, Edi terkejut juga."Yah, betul, elo sudah pengen ngentot", ucapku. Edi hanya tersenyum.Di dalam bioskop, aku duduk di samping Edi, menanti pemutaran film, mengobrol sejenak, dan sangat akrab, aku melingkarkan tanganku ke pundaknya, hingga saat lampu di matikan dan film di mulai. Tak sabar tanganku menyentuh kontolnya lagi."Om?", tanya Edi."Sstt", ucapku memberi isyarat agar dia diam. Edi sedikit memberontak."Tenanglah, Om hanya mau bersenang-senang sebentar dan Om akan kasih imbalan ke elo".Edi agak santai sekarang, tanganku mulai meremas-remas kontolnya yang menjadi bereaksi. Tak puas dengan meremas-remas kontolnya dari balik celana, aku menyuruh Edi mengeluarkannya. Edi membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang kontolnya yang begitu besar dan panjang saat aku memegangnya."Besar dan Panjang yah", bisikku."Kontol Ambon Om", bisik Edi lagi sambil tersenyum.Aku terus meremas-remasnya sambil mengocok-ngocok batang kontolnya yang besar dan panjang tersebut, hingga tak peduli lagi pada kedua temannya yang duduk di sampingku juga, aku langsung melumat kontol Edi, mulutku membetol batang kenyal tersebut, sambil menggesek-gesekan gigiku ke batang totongnya."Akhh.. Om, Om..", ucap Edi sedikit meronta."Om, jangan", ucapnya.Aku sadar dan kembali dengan posisi dudukku, Anton yang duduk di sebelahku melihat dengan keheranan, aku tersenyum melihatnya"Akh.. Om bernafsu sekali melihat batang kontol Edi", ucapku sambil tersenyum. Lalu Bambang berdiri, menarik tangan Anton."Ayo kita pulang".Laki-laki tersebut memandangku dengan tatapan tajam, yah tatapan yang tidak menyukaiku. Dengan tiba-tiba tangannya langsung menarik bajuku, sementara tangannya yang lain bersiap untuk mendarat ke mukaku. Aku langsung memegang tangannya yang mengepal tersebut, menahannya."Tenang, tenang..", ucapku."Saya bisa membayar kalian 1 juta, kalo kalian mau", ucapku lagi."Kami bukan homo, Om", ucap Anton."Yah, tapi kalian pernah ngentot dengan bencong khan? Dan kali ini saya yang akan membayar kalian", ucapku pelan, agak malu karena suara ribut kami, penonton agak terganggu.Aku mendekati Bambang yang mulai kembali duduk dan menepuk kedua pundaknya.."Sebaiknya kamu duduk tenang dan diam", bisikku dan kembali duduk di samping Edi. Laki-laki tersebut menatapku dengan pandangan kosong."Saya akan memberi imbalan satu juta dan memuaskanmu, kita akan sama-sama puas", ucapku lagi merayunya. Edi tampak sedikit tenang, permainan aku lanjutkan, meremas-remas kontolnya kembali yang telah dimasukannya kembali ke dalam celananya dan mengancingkan resletingnya.


Kehidupanku - 2

Setelah tulisanku yang pertama di muat, aku menerima beberapa email yang masuk ke dalam inbox emailku. Dan kebanyakan dari mereka menyatakan kalau kisahku itu mirip dengan kehidupan mereka, cuma mungkin mereka tidak punya waktu atau kemampuan untuk menulisnya disini. Dan ada beberapa yang juga menyatakan keinginan mereka untuk mengenalku lebih jauh dan berharap bisa menjadi pangeranku seperti yang aku inginkan pada kisahku sebelumnya.Dan aku berterima kasih untuk semua email yang telah dikirimkan untukku dan tentunya semua sudah menerima balasan dariku. Aku berharap kita bisa bertahan dalam menjalin pertemanan yang baru kita lakukan dan untuk masalah "pangeran," aku rasa itu adalah sesuatu yang butuh waktu. Jadi Kita jalankan saja hidup ini mengikuti waktu yang terus berjalan dan lihat apa yang akan terjadi nantinya.Berbicara mengenai cerita-cerita dalam situs ini, kadang aku merasa iri dan cemburu, membayangkan begitu mudahnya seseorang itu menemukan pasangan gay-nya, bukan untuk masalah pasangan untuk making-love tetapi lebih kepada masalah menemukan teman hidup. Aku iri sekali saat membaca kalau ada seseorang yang sudah menemukan pacarnya, hidup bersama dalam arti bukan serumah, tetapi dalam menjalankan hidup ini berdua, ada yang perhatian, ada teman untuk aktivitas dan teman untuk berbagi disaat senang atau saat duka melanda.Aku sudah ingin sekali memiliki hubungan itu, menemukan seseorang yang aku sayangi dan menyayangi aku, tapi entah kapan akan kutemukan. Selama ini tentunya aku lebih banyak merasakan cinta "bertepuk sebelah tangan", menyukai seseorang, tapi dia tidak menyukai diriku. Entah apa yang salah dengan diriku.Mungkin di karenakan aku juga terlalu berhati-hati dalam memilih pasangan dan terlalu banyak dalam memilih. Enggak tahu kenapa, aku lebih banyak mengikuti feelingku saat melakukan sesuatu. Tapi terkadang aku merasa benar dalam mengikuti feelingku itu. Seperti pengalamanku dengan seorang pria, dia aku kenal dari sebuah chat room dan dia juga tinggal di kota yang sama denganku. Setelah chat beberapa saat, dia meminta nomer handphoneku dan sepeerti biasa, aku memintanya untuk memberikan nomernya duluan kepadaku, baru aku akan mengirimkan SMS kepadanya, aku tidak mau tertipu. Yah akhirnya kami telah sama sama memberikan nomer masing masing. Dan perkenalan kami tetap berlangsung lewat SMS ataupun telepon. Dia meneleponku duluan dan kemudian setelah beberapa hari, kami memutuskan untuk bertemu. Yah aku bersedia karena dari suaranya aku merasa dia cukup baik, cukup care dan suaranya juga manly banget, nggak ada nada sissy atau keriting.Kemudian pada hari yang di tentukan, kami bertemu di suatu tempat. Pada pandangan pertama, aku sudah merasa tidak suka dengan dirinya, entah mengapa. Wajahnya cukup oke, cuman gue rasa tidak menyukai penampilannya dan aku rasakan ada sesuatu yang membuatku tidak merasa nyaman dengan orang ini setelah bertemunya. Tapi aku tidak begitu saja meninggalkannya, aku masih berdamai dengan diriku, mencoba mengikuti komitmen yang telah kuperbuat dalam diriku sendiri yaitu, JANGAN MELIHAT ORANG DARI PENAMPILAN LUARNYA, TETAPI LIHAT APA YANG ADA DIDALAMNYA.Dan setelah berdamai dengan diriku sendiri, aku mencoba bersikap wajar, menunggu apa yang akan dia katakan atau lakukan. Tetapi semakin dia berbicara, aku semakin merasa tidak nyaman. Akhirnya kami memutuskan untuk ke rumahnya, karena dia mengatakan kalau dia ingin mengambil barangnya yang ketinggalan. Tetapi aku sudah tahu apa maksud dia sebenarnya. Lalu sesampai di rumahnya, kami menuju kamarnya dan anda tentu tahu apa yang kami lakukan di dalam.Setelah itu, aku permisi untuk pulang ke rumahku dan aku tetap merasa kalau dia bukan pasangan untuk diriku tetapi aku tetap berdamai dengan diriku untuk tetap menjalin hubungan. Aku tahu kalau mendapatkan pasangan itu susah dan masa gara-gara tidak menyukai penampilannya saja, aku harus meninggalkannya, itu nggak fair menurutku.Lalu setelah sampai di rumah, aku menemukan dalam handphoneku ada panggilan tidak terjawab dari cowok tersebut dan aku merasa heran mengapa aku tidak mendengar panggilan itu, padahal seharusnya aku mendengar kalau handphoneku berbunyi. Tetapi aku tidak mempersoalkannya dan lalu aku menelepon balik dan bertanya mengapa dia meneleponku, dan dia menjawab,"Sorry yah Her, tadi cuman miss call, soalnya pulsa gue sudak hampir habis, jadi aku menelepon kamu karena aku ingin minta kamu belikan dulu voucher pulsa untuk handphoneku."Lalu aku meminta maaf kepadanya dan berkata kalau aku sudah di rumah dan tidak punya rencana untuk keluar rumah lagi. Dan dia tetap meminta tolong dengan dalih kalau dia malas untuk keluar rumah untuk membeli voucher tersebut soalnya tempatnya jauh dari rumahnya. Dan aku cuma bilang akan aku usahakan.Dari hasil menelepon itu, akhirnya aku merasakan kalau firasat burukku terhadapnya itu adalah firasat yang benar, dia menginginkan materi. Dan aku juga bukan cowok yang bodoh, aku tahu betul jalan di sekitar rumahnya dan tahu ada toko-toko apa saja di dekat rumahnya, dan aku juga tahu kalau sekitar 50 meter di dekat rumahnya ada toko yang menjual handphone, berikut pulsa dan aksesoris. Jadi dari sana, aku bisa mengetahui mengapa dari tadi aku merasa tidak nyaman berada dekat orang itu.Mungkin anda akan memberikan komentar, mungkin saja orang itu sudah ke toko handphone untuk membeli pulsa dan ternyata tidak ada, jadi menyuruh aku untuk membelinya. Itu alasan yang lebih buruk lagi, dia tinggal di pusat kota dan beberapa mall letaknya dekat dari rumahnya sementara dia tahu betul kalau rumahku sedikit jauh dari pusat kota. Jadi tidak ada alasan untuk menyuruhku membelinya selain itu juga, baru pertama kali kenal, sudah menyuruh aku untuk membelikan ini-itu. Itu hal yang paling tidak aku sukai, lain kalau kami sudah ketemu beberapa kali dan lebih mengenal. Dan setelah kejadian itu, aku tidak mau lagi menerima teleponnya dan membalas sms-smsnya seadanya. Sampai akhirnya dia bosan sendiri.Jadi inti yang ingin aku bahas disini adalah kadang kita berkomitmen pada diri sendiri, untuk tidak melihat orang dari penampilannya, jadi setiap ketemu orang kita mencoba untuk menerimanya (tentunya setelah beberapa point terpenuhi, misalnya nggak sissy, manly, dll) apa adanya. Mencoba menolak firasat buruk yang ada di hati dan tidak mau mengganggap itu adalah suatu penolakan dari diri kita. Dan poinnya adalah, guys ikuti kata hatimu. Jangan karena selama ini jomblo, terus terima saja apa yang datang, tanpi mengikuti isi hati.Yah ini cuman salah satu dari begitu banyak masalah yang pernah aku alami, dan dari pengalaman itu aku jadi lebih berhati-hati untuk menemui teman-teman sehati.Jadi memang susah sekali hidup menjadi gay, banyak problema dan dilema yang harus kita hadapi. Kadang timbul rasa penyesalan dalam diriku, mengapa aku tidak di lahirkan menjadi seseorang yang normal, menyukai wanita, berpacaran dengan wanita, memikirkan pernikahan, punya anak dan lainnya.Sebagai seorang gay, susah sekali dalam mencari pasangan, apalagi di negara kita tercinta ini, belum semua bisa menerima makhluk seperti kita (sorry bahasanya kacau), sehingga orang-orang seperti kita, juga saya tentunya, tidak berani untuk memproklamirkan dirinya as a gay. Sehingga kita tidak tahu yang mana gay dan bukan, harus menebak-nebak dahulu, mengikuti insting ke-gay-an kita dan sebagainya. Kalaupun nantinya kita menemukan pasangan kita, atau pacar tepatnya, kita juga nggak bisa mesra-mesra di luaran, merangkul pasangan kita, menggenggam tangan mereka di jalanan, dan kalau kita menginginkan hal itu, kita cuman bisa melakukannya di bioskop, rumah dan toilet tentunya hahaha.Aku pernah mencoba untuk mengubah orientasiku sendiri, ingin menjadi pria normal, menyukai wanita dan berpacaran dengan mereka, menikah dan seterusnya. Di mulai dari saat aku beronani, aku mencoba untuk membayangkan untuk make love dengan seorang wanita bertubuh sexy, kubayangkan aku tengah bercumbu dengan Britney Spears, Shakira, Dian Satro, J-Lo dan lainnya, tapi di akhir pertempuranku itu, tanpa kusadari Britney tiba-tiba berubah menjadi Tom Cruise ataupun Ben Afflect dan aktor hollywood lainnya. Rencana pertamaku pun gatot alias gagal total.Hal kedua, aku mencoba untuk berpacaran dengan seorang wanita, aku merencanakan untuk lebih dekat dengan beberapa teman perempuanku yang selama ini dekat denganku (yeah! Seperti jargon di film Arisan, GAY adalah teman baik bagi perempuan). Yah aku merasa aku lebih dekat dengan beberapa teman wanita, mungkin karena aku bisa lebih mengerti mereka karena naluri ke-gay-anku. Dan aku berpikir, tentunya gampang banget untuk bisa menggaet salah satu dari teman wanitaku untuk menjadi pacarku. Dan hal ini tentunya bukan hal yang sulit bagiku. Tapi semakin aku berpikir, aku semakin takut sendiri, aku tidak mau kalau akhirnya aku pasti akan putus dengan mereka, menyakiti hati mereka, dan aku takut kalau suatu hari aku mendapatkan pasangan lelaki-ku, aku juga di campakkan begitu saja.Jadi aku memutuskan untuk tidak lagi mengubah diriku, karena aku takkan bisa berubah lagi, berpacaran dengan wanita hanya akan merupakan topeng bagi diriku untuk menutupi siapa diriku sendiri dan kemudian akhirnya aku sendiri yang akan sakit karena akan menyakiti hati wanita itu.Akhir kata, jadilah dirimu apa adanya, nak. Bersabarlah dalam menemukan pasangan hidupmu, jangan pernah menyakiti orang lain hanya demi untuk menutupi ke-gay-anmu. Seperti diriku, aku juga akan tetap sabar untuk menemukan pasangan hidupku. Meski urgent juga sih sekarang. Pengen banget berbagi kasih sayang dengan seseorang, saat ini juga. Ada yang tetap disampingku saat aku sedih dan senang, dan aku juga akan lakukan hal yang sama. Tapi entah kapan??Buat yang telah mengirimkan emailnya buat aku, Terima kasih banyak. Aku berharap kita bisa jadi teman yang baik, ataupun salah satu dari kalian akan pasangan hidupku.Bagi yang ingin sharing pengalaman, curhat, butuh dorongan moriil, jadi teman aku ataupun pengen jadi kekasihku. Layangkan email anda kepadaku.hereforgay@yahoo.com


Kehidupanku - 1

Menjadi seorang gay, bukanlah kemauan setiap orang. Seperti diriku ini, aku juga tidak mengharapkan kalau aku di lahirkan untuk menjadi seorang gay, seorang lelaki yang menyukai sejenisnya, bukan menyukai lawan jenisnya. Kalau ada pertanyaan mengapa seseorang itu bisa menjadi gay, aku tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Banyak hal yang bisa membentuk seseorang menjadi gay, tapi aku tidak ingin membahas hal ini karena banyak sekali kemungkinan yang bisa menjadi dasarnya.Kalau di tanya mengapa aku menjadi seorang gay? Aku juga tidak bisa memberikan jawaban yang pasti, kemungkinannya ada beberapa hal, bisa saja karena sejak lahir aku telah mempunyai kelainan genetik atau mungkin karena pengaruh keluargaku.Sejak kecil, aku lebih banyak mendapatkan perhatian dari ibuku dibanding ayahku. Hal ini bisa di karenakan ayahku sudah cukup berumur saat aku di lahirkan dan hal lainnya aku juga bukanlah anak yang pertama ataupun kedua tetapi anak yang kesekian. Dan di usia ayahku itu, mungkin dia udah lelah untuk memanjakan anaknya. Jadi singkatnya, aku lebih banyak merasakan perhatian dari ibuku dan kakak-kakak perempuanku dan hasilnya aku bersikap jadi kewanita-wanitaan.Sewaktu kecil, aku lebih senang bermain boneka di banding mobil-mobilan, di sekolah aku lebih banyak bergaul dengan teman-teman perempuan dan mungkin juga gayaku saat itu juga rada kemayu sehingga tak pelak lagi, sebutan banci atau bencong melekat padaku.Sewaktu masa SD, SMP, aku mungkin tidak terlalu peduli akan sebutan itu, tetapi di masa SMU aku mulai gerah menerima sebutan itu, dan perlahan aku mulai mengubah sikapku dalam bergaul, mulai dari cara ngobrol, cara bersikap dan banyak hal lain. Tapi sebutan bencong itu tetap melekat dalam diriku hingga aku SMU, karena teman-temanku mengenalku sejak kecil. Dan setamat SMU, aku mulai kuliah di sebuah universitas di kotaku.Dan aku merasa beruntung karena di kampusku itu, aku tidak bertemu lagi dengan teman-teman SMU-ku yang dulu, sehingga aku mulai bisa berubah sikap untuk menjadi seorang lelaki yang jantan, dan macho dan tidak ada lagi yang menyebutku dengan sebutan "banci".Tetapi satu hal yang tidak bisa ku ubah dari diriku, yaitu rasa menyukai sesama jenis. Hal ini sudah kurasakan sejak aku masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Saat itu aku sudah mulai suka sekali untuk melihat yang namanya penis dan aku beruntung mendapatkan teman sekolah yang bisa memuaskan keinginanku saat itu. Dari temanku itu, aku merayunya hingga mereka membiarkan diriku untuk boleh memegang penisnya bila mereka bermain di rumahku.Awalnya, setiap ketemu kami hanya saling memegang penis, memegang tubuh pasangan dan belum tahu yang namanya oral apalagi anal. Kemudian setelah duduk di bangku kelas 3 SMP, saat itu teman-teman mulai suka ke rumahku untuk menonton blue film karena kebetulan rumahku sepi. Dan dari pengalaman menonton film biru itu, kami berdua mulai suka membuka baju masing-masing dan mulai suka untuk mencium badan pasangan masing-masing, menjilatin puting dan saling ciuman tetapi belum berani untuk melakukan oral.Sampai suatu waktu, saat kami berdua nonton film biru lagi, tiba tiba timbul keinginan bagi kami untuk mengikuti adegan yang ada di layar. Dan baru saat itu kami mulai saling mengoral satu sama lainnya dan kemudian saling menggesekkan penis kami berdua sampai kami berdua sama-sama orgasme dan kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencucinya. Hal itu sering kami lakukan apalagi di dukung oleh keadaan rumahku yang selalu sepi setiap hari. Dan hal itu tetap berlanjut hingga aku duduk di perguruan tinggi. Setiap kami bertemu di rumahku dan keadaannya mendukung, maka kami akan kembali melakukan hal itu.Herannya, meskipun kami berteman sejak kecil dan melakukan hal itu berdua sejak kecil, tetapi kami tidak pacaran. Dan temanku itu boleh di bilang biseksual, karena dia masih bisa memacari cewek-cewek dan aku tidak pernah cemburu. Mungkin itu karena aku punya targetku sendiri yaitu cowok-cowok lainnya. Aku seorang yang punya nafsu besar dan ingin selalu melakukan hal itu dengan siapa saja yang aku temui.Kemudian kami berpisah, aku sibuk dengan kuliahku dan dia juga, kami tinggal di satu kota tetapi berlainan jalan dan aku jarang mengkontaknya lagi. Dan saat itu untuk memenuhi nafsu birahiku yang besar, aku tiap hari melakukan onani sambil membayangkan bisa bermain seks dengan mereka. Kemudian aku suka sekali berenang dan hampir setiap hari aku pergi ke kolam renag, sampai suatu hari setelah siap berenang, aku menuju ke kamar mandi untuk mandi dan membilas badanku di shower.Saat itu kurasakan ada seseorang yang selalu menatapku dan berusaha mengajakku ngobrol. Yah sebagai seorang yang bisa cepat akrab dengan siapa saja, kami mulai terlibat percakapan ringan. Sampai akhirnya dia memegang badanku dan mengatakan kaau badanku bagus, aku hanya tersenyum dan membalas ucapannya,"Nggak usah ngejeklah, masa perut berlemak begini di bilang bagus."Tetapi dia terus meraba badanku dan akhirnya memegang penisku, aku sempat tersentak, tapi dia punya jawaban yang bagus, katanya ada kotoran di penisku dan dia mengambilnya. Yah sebenarnya aku sudah tahu apa mau-nya dan aku cuman pura-pura saja dan akhirnya, kami berdua menuju toilet, mengunci pintu dan yah kalian tahu apa yang terjadi.Hidupku begitu liar pada masa-masa tahun pertama, kedua dan ketiga saat duduk di bangku kuliah. Saat itu aku masih belum di berikan fasilitas honda ataupun mobil dari perusahaanku bekerja, sehingga praktisnya aku lebih banyak naik angkot ataupun taxi. Dan yang paling kusukai adalah naik Taxi ataupun becak untuk pulang-pergi ke kampus. Oh sebelum lupa, aku kuliah pada waktu sore hari karena siangnya aku bekerja.Bila hari-hari biasa aku pergi ke kampus dengan angkot, maka pada waktu-waktu hujan deras, aku lebih memilih naik becak ataupun taxi, meskipun harganya lebih mahal, tapi aku punya keuntungan dobel. Yang pertama aku tidak kena hujan dan yang kedua tentunya aku bisa berkenalan dengan supir-supir taxi tersebut. Dengan cuaca yang saat hujan, di saat perjalanan, aku akan langsung memberikan beberapa pertanyaan menjurus ke supir taxi tersebut. Seperti,"Wah hujan-hujan begini enaknya ngapain yah Mas?". Atau"Sepulang antar saya, Mas pasti langsung pulang ke rumah untuk memuaskan adik kecil Mas, tul nggak?".Dan bila kurasa jawaban yang di berikan adalah lampu hijau, maka tentunhya aku akan segera mendaratkan tanganku di gundukkan penisnya serambi berkata, "Wah udah naik nih Mas, hahahaha pengen ya?".Dan bila supir taxi itu tidak mengelak, maka aku akan mulai membuka resleting celananya dan memegang langsung penisnya, kemudian mengarahkan supirnya untuk memakai jalan-jalan yang sepi kemudian aku mengeluarkan sapu tangan dari saku celanaku dan membersihkan penisnya dan yah memberikan oral padanya sampai dia merasa puas.Tapi tak banyak kesempatan seperti itu datang padaku, selain ada beberapa supir yang tidak mau melakukannya denganku, juga terkadang kalau aku merasa tidak suka dengan supir taxi yang kutumpangi, biasanya aku akan duduk diam saja di taxi. Biasanya, aku lebih selektif memilih taxi, aku akan memilih yang berperawakan bersih dan enak di lihat.Tapi yah itu semua masa laluku. Dan dua tahun belakangan ini, aku lebih bisa mengendalikan nafsu-ku, aku mulai tahu bahaya penyakit AIDS, dan aku tidak ingin menjadi salah satu korbannya. Aku tidak seliar dulu, mulai tahu memilih pasangan one night stand. Biasanya aku mau melakukan one night stand dengan lelaki yang aku suka, berpenampilan bersih dan ya berharap aku bisa memberikan service yang terbaik sehingga dia mau menjadi pacarku, tetapi aku sering kecewa, karena mereka hanya mengharapkan seks sesaat denganku.Dan saat ini aku merasa hidupku lebih baik dari kehidupanku yang dulu, lebih teratur, tidak seliar dulu. Aku lebih banyak menghabiskan waktu luangku untuk chatting dengan teman-teman sehati, berharap menemukan seseorang yang mau menjadi pangeran dalam hidupku. Sebetulnya sudah sejak lama aku mengharapkan untuk segera mendapat pacar, tetapi ternyata mendapatkan seorang pacar di dunia gay ini sungguh sulit. Penampilan tidak merupakan masalah bagiku, karena aku sendiri juga bukan perfect person, wajahku juga biasa saja.Hal yang membuat aku susah mendapatkan pacar, mungkin karena aku orangnya rada aneh. Aku suka chatting, suka berkenalan dengan teman-teman sehati, tetapi aku sulit untuk memberikan nomor handphoneku, di tambah aku juga orangnya sekarang sangat hati-hati, tidak berani melakukan copy darat, selain nggak pe de, aku juga takut bertemu dengan orang yang salah.Aku ingin tidak banyak yang mengetahui kalau aku seorang gay, aku hanya ingin saat ini ada seorang pria dewasa dalam hidupku, menemaniku, itu sudah cukup, tapi yah mau cari dimana pangeran itu? Sebelumnya aku punya beberapa temen gay disini, kita sering share, tapi karena aku selalu menolak saat diajak jumpa, akhirnya mereka nyerah dan tidak pernah menghubungiku lagi, yap aku sedikit aneh. Tapi bagus juga mereka berbuat begitu, dengan begitu aku tahu kalau mereka memang bukan pasangan bagiku, karena mereka tidak punya kesabaran hahaha, aku ingin mendapatkan seseorang yang sabar sehingga kelak aku akan tertulari ilmu sabarnya.Kapankah akan kudapatkan seseorang yang akan menemani hari-hariku, berbagi suka dan duka, saling membangun untuk hidup lebih baik dari sebelumnya, bukan hanya sebatas untuk seks, yah aku siap menikah dengan lelaki juga, tapi tentunya bukan disini.Terakhir, bagi yang ingin berkenalan denganku, berbagi pengalaman hidup, menjadi teman ataupun ingin menjadi pangeranku, bisa mengirimkan email buatku. Aku, lelaki berumur 25 tahun, 175 65, straight act.


Keberanian Seorang Gay

Apa yang akan kau lakukan jika kau laki-laki dan jatuh cinta pada seorang laki-laki? Begitu yang terjadi padaku selama bertahun-tahun. Dan lelaki itu tak lain adalah Pak Yadi, pria berumur 52 tahun, yang rumahnya hanya 30 meter di samping kanan rumahku.Bagi sebagian orang, sosok Pak Yadi mungkin tidak terlalu menarik. Meski berkumis tebal dengan wajah yang sangat laki-laki, tetapi Pak Yadi bertubuh gendut dengan lengan dan perut yang besar. Tetapi bagiku, dialah laki-laki terseksi di dunia. Aku selalu tergetar setiap kali melihat bulu tangannya, bibirnya, dadanya yang menyembul dari balik kemeja atau perutnya yang membulat itu. Aku telah mengenalnya sejak bertahun lalu dan selama itu pula aku memimpikan pria itu telentang, tanpa sehelai benang.Beribu malam aku mencoba menemukan cara untuk menumpahkan hasrat ini, agar aku tak lagi hanya melayangkan birahiku dengan onani. Tetapi beribu malam pula aku kalah, tidak punya cukup keberanian. Tetapi aku bersumpah akan melakukannya, ya aku harus melakukannya. Hingga semuanya terjadi begitu cepat, tak terduga dan luar biasa.Di sebuah senja yang tidak terduga, di bawah kuyup oleh guyuran hujan. Aku tahu pasti, sore itu Pak Yadi sedang sendirian di rumah. Tadi siang aku melihatnya mengantarkan istri dan anaknya."Ini, mengantar istri dan anak mau mengunjungi neneknya, mumpung libur sekolah," katanya menjawab pertenyaanku, saat itu kami berpapasan jalan depan rumahku. Wow, inilah saatnya, pikirku.Entah kekuatan apa yang mendorongku, tiba-tiba saja aku sudah berada di teras depan rumahnya sore itu. Dari jendela aku lihat Pak Yadi membaca koran di kursi sofa ruang tamunya."Eh, Dik Aryo, mari masuk, biar nggak basah," sambutnya begitu melihatku kuyup di teras."Oya, Pak, terima kasih, Pak," kataku sembari melangkahkan kaki memasuki rumahnya yang asri.Aku lalu duduk di sofa, berseberangan meja tempat Pak Yadi duduk. Dadaku berdegup kencang. Bagaimana tidak, pria yang paling aku impikan duduk hanya satu setengah meter di depanku, aku tidak kuasa menatap matanya."Wah, hujan kok nggak berhenti ya. Eh, kalau pingin minum ambil sendiri ya, soalnya ibu sedang pergi," katanya ramah.Kaos oblong putih dan sarung yang dia pakai membuat perutnya membulat, darahku terkesiap. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku harus melakukannya."Pak, sebenarnya saya kesini karena ada sesuatu yang penting. Tapi saya sungguh meminta pada Anda, apapun yang yang saya katakan, tolong jangan Bapak ceritakan pada siapapun," kataku setengah gemetar.Wajah Pak Yadi sontak menegang, kalimat yang barusan aku ucapkan jelas bukan kalimat biasa. Benaknya pasti dipenuhi seribu pertanyaan kini. Aku bisa melihatnya dari cara dia meletakkan koran. Kini wajahnya tegak lurus di depanku. Keningnya berkerut, menampakkan seorang yang sedang berusaha keras menemukan sebuah jawaban atas rasa penasaran yang sedang menderanya.Awalnya terbata aku menjelaskan. Aku katakan padanya, aku menyukainya sejak bertahun lalu, sejak nafsu seks mulai menjalari benakku. Aku membayangkannya setiap waktu dan bermimpi menciumi setiap inci kulit lelaki seksi itu. Ya, aku mencintainya, dengan cara yang dia tidak pernah tahu.Wajahnya menampakkan kebingungan dan salah tingkah. Tetapi hal itu hanya beberapa menit saja berlangsung. Sebentar kemudian, wajah itu sudah kembali tenang dan sangat kebapakan, membuat gairahku merayap makin tinggi. Lalu aku dengar jawaban yang sungguh di luar dugaan."Hmm, sesungguhnya Bapak kaget dengan apa yang Dik Aryo ungkapkan. Tapi jangan kawatir, Bapak tidak akan memberi tahu siapapun. Sekarang, bolehkah Bapak tahu, apa yang ingin adik lakukan pada Bapak jika ternyata Bapak juga mau?" tuturnya tenang.Sejenak aku terpana, ini seperti mimpi. Lalu aku beranjak dari kursi, berjalan mendekati lelaki impianku. Pertama kali aku dekatkan wajahku ke depan wajahnya, begitu dekat. Kuusapkan telapak tanganku pada wajahnya. Bulu-bulu wajahnya dalam sentuhanku, langsung memicu nafsu dan kurasakan batang kemaluanku bangkit dengan cepat. Aku cium kedua pipinya, ciuman panjang, sepanjang masa penantianku. Lalu aku kecup bibirnya.Awalnya Pak Yadi masih agak grogi menanggapiku. Tapi lalu bibirnya memagut bibirku, kami berciuman. Kucium aroma rokok dari mulut laki-laki itu. Sambil berciuman, tanganku mengusap lengannya yang berbulu."Saya akan buka kaos Bapak, bolehkan?" kataku."Lakukan, Aryo, Bapak menikmatinya," katanya.Tangan gemuknya yang sedari tadi melingkari pinggangku mengendur lalu terangkat bersama kaosnya yang aku singkap. Sebelum benar-benar kaus itu terlepas, aku ciumi perut gendut Pak Yadi. Bulu-bulunya membentuk garis tegak lurus. Mm, kini aku benar-benar tak kuasa menahan hasrat seksku.Aku lepas kaos putihnya. Aku tidak bisa menahan decak kagumku, tubuh laki-laki itu benar-benar seksi. Dadanya yang menonjol, perutnya yang membulat indah dan lengannya yang besar. Tetapi yang paling membangkitkan gairahku adalah ketika kaos itu aku singkap. Ketika lengannya terangkat, ketika kain lengannya tersingkap. Wow, aku lihat bulu ketiaknya, begitu lebat, panjang dan memburai indah memenuhi bidang lipatan ketiaknya yang lebar, membentuk pemandangan paling indah yang pernah aku lihat."Pak, apakah anda ingin tahu mimpi saya yang paling rahasia?" kataku, beberapa saat setelah kaosnya terlepas dari tubuhnya."Hey, katakan, Bapak tidak sabar ingin mendengarnya," kata dia, matanya berbinar.Aku robohkan badannya ke belakang sehingga bersandar punggung sofa tempatnya duduk, setengah berbaring."Ini..," ujarku. Kata-kataku tidak kuteruskan, aku memang ingin menjawab bukan dengan kata-kata. Melainkan aku angkat kedua lengannya yang besar.Lalu aku daratkan hidungku di rimbunan ketiak kanannya. Ciuman yang panjang, sepanjang kerinduan yang menderaku. Aku rasakan bulu-bulu ketiak itu menempeli hidungku. Bau keringat laki-laki, membuat kontolku menjadi sangat keras."Ngghh.. Wow, nikmat sekali, Aryo," lenguh lelaki pujaanku.Hidungku terus menciumi ketiak laki-laki itu, membauhi bau kelelakiannya. Sementara tangan kiriku mengusapi ketiak kanannya. Lenguhan Pak Yadi membuat kontolku semakin kencang berdiri.Aku hujani ketiak itu ciuman, lalu aku jilati setiap helai rambutnya, membuat kedua ketiak laki-laki itu basah kuyub, benar-benar basah kuyub. Sesekali aku lancarkan gigitan kecil, jambakan lembut dengan bibirku. Dan pria seksiku melenguh, menggeliat menahan nikmat.Lidahku terus bergerak, lengannya sebelah atas ketiak aku jilati. Kulitnya terasa hangat. Lalu lengan tangannya yang berbulu itu. Aku terduduk di atas lelaki gendutku. Kurasakan, sebuah batang keras terasa mengganjal di bawah pantatku. Hasrat laki-laki seksi ini telah terangkat kini.Kukecup bibirnya, kami berpagutan sangat lama. Tangan Pak Yadi mengusap punggungku, pundakku, pantatku, dengan gemas penuh gairah. Nafas kami memburu.Sembari berpagutan, tangan laki-laki itu membuka kaosku, membuka celanaku, dalam waktu yang sangat cepat aku telanjang kini, duduk di pangkuan laki-laki seksi itu, berhadapan. Bibir kami kami masih berpagutan. Aku goyangkan pantatku dan aku rasakan desir birahi menumpuk di otakku.Aku turun dari pangkuan, aku lepas sarung Pak Yadi. Tangan orang itu mengelus rambutku. Celana dalam putih yang dipakainya sudah kulempar ke atas kursi. Dan kini, tubuh bulat itu telanjang bulat, menempel dengan kulitku, seperti mimpi yang kuhadirkan tiap malam.Aku elus dadanya, aku puntir putingnya, aku remas-remas puting itu hingga Pak Yadi meringis mehana nikmat. Sembari melakukan itu, aku ciumi perutnya, aku jilati seluruh permukaannya, tak tersisa. Jari-jariku cepat berpindah, meremas dadanya, lalu menelusup lipatan lengan mencari rimbunan bulu ketiak, merasakan hangatnya kempitan ketiak itu, lalu kutarik lagi, meremas putingnya, meremas pinggangnya, pinggulnya, perutnya, lengannya, lehernya dan oughh! Aku benar-benar kesetanan, aku jamah seluruh tubuh laki-laki itu.Mulutku terus bergerak, berpindah dari perut ke bagian bawah, lidahku terus menyapu setiap pori kulitnya. Kini, wajahku menelungkupi pangkal pahanya, menjilati batang kontol di tengah rimbun jembut berbau khas laki-laki. Ohh, lebat jembutnya membuat kulit wajahku seperti dijilati. Batangnya besar, dan lidahku menjilatinya, naik lalu turun-naik-turun-naik-turun lagi.Kepala batang itu aku kecupi, aku jilati lalu aku masukkan ke dalam mulutku. Aku memasukkannya dalam-dalam, sedalam aku bisa, sembari membuat gerakan menyedot, wow, aku merasa terbang tinggi. Setiap sedotanku menciptakan hentakan, Pak Yadi menjerit pelan, mengerang, tubuhnya gemetar menahan birahi.Sembari bekerja di selangkangannya, kedua tanganku bergerilya, meremas dada, meremas perut, meremas pinggulnya yang gembul lehernya dan berkali-kali keluar masuk lipatan ketiaknya, merasakan hangat lipatan itu, merasakan rimbun rambut yang subur di dalamnya.Suara lenguhan terus keluar dari mulut Pak Yadi. Tangannya bergerak, menggapai punggungku, mengusap-usap rambutku, meremas lenganku, menahan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya yang seksi."Pak, anda seksi sekali, sungguh seksi, sangat seksi, aku cinta Bapak," kataku sembari mengecupi lehernya.Aku duduk di atas batang kontolnya yang keras. Lalu aku pegang batang itu, kumasukkan ke lubang anusku. Lalu aku membuat gerakan naik turun, lembut, lembut lalu lebih kencang dan lebih kencang. Batang kemaluannya seperti menebarkan racun kenikmatan, merasuki seluruh urat darahku, membuat benakku terbang melayang."Oh Aryo, ini nikmat sekali, kenapa tidak kau katakan sejak dulu?" kata Pak Yadi setengah mengerang. Nafasnya memburu, seperti juga aku."O, Bapak, saya impikan ini seumur hidup," kataku. Sembari menggoyang pantat, aku daratkan ciumanku pada bibirnya, tanganku bergerak terus, mengusap seluruh badannya."Bapak tidak mau segera keluar, ayo, gantian," katanya.Kuangkat pantatku. Tubuh besar Pak Yadi membalik, memberikan pantatnya untuk kontolku yang sudah sangat keras. Sebelum aku masuki pantat itu, aku ciumi dulu. Aku tak tahan melihat seluruh bagian tubuhnya, aku ciumi pantatnya, aku jilati, terus bergerak ke atas, lalu punggungya, sementara kedua tanganku meremas perutnya, pinggangnya, dadanya dan menelusupi lipatan lengannya kembali mencari ketiak kesukaanku. Lalu aku mulai masukkan kontolku ke lubang itu. Pak Yadi memekik pendek."Ughh, uhh, terus, tak apa, terus saja," katanya.Aku masukkan kontolku, pelan-pelan, lalu mulai menariknya, mengangkat batangku, lalu turun kembali, begitu berulang dan makin cepat. Nikmatnya sungguh sejuta, aku membuat gerakan maju-mundur, maju-munudr, kaluar-masuk-keluar masuk, sembari menggerayangi seluruh bagian tubuh laki-laki seksi ini. Ouuhh, luar biasa!"Okey, sekarang gantian Bapak," katanya lagi.Dia kembali duduk dan memangkuku. Aku langsung masukkan kontolnya ke lubang pantatku, dan menciuminya wajahnya sembari melakukan itu. Kami langsung membuat gerakan bergoyang."Oh, Aryo, nikmat sekali, nikmaat sekali," kata mulut pria seksiku.Kontolnya keluar masuk anusku, dan mulutku menyapu seluruh permukaan wajahnya, lehernya dan memaguti bibirnya."Aryo, Bapak mau keluarr, ahh, mau keluarr," katanya.Dan aku dekap erat tubuh laki-laki itu. Dia mengerang, setengah bergumam, tubuhnya menegang, menandakan bakal muncratnya puncak kenikmatan. Benar saja, sejurus kemudian erangannya memanjang, Pak Yadi mencapai puncak kenikmatan. Kedua lengannya mendekapku kuat."Arrhhrhh," pekiknya.Aku segera menghujani wajahnya dengan ciuman, lehernya dan dadanya. Di saat yang sama air maninya menyemprot, membasahi pantatku.Tidak menunggu waktu, aku angkat lengannya, aku telentangkan pria seksi itu. Aku membuat gerakan naik turun di atas perutnya. Tekanan perutnya yang gendut dan tubuhku membuat kontolku makin memuncak. Sembari membuat gerakan itu, jari-jari tanganku meremas kedua ketiaknya. Sesekali aku menciuminya, menjilati ketiak yang basah keringat itu, sungguh nikmat luar biasa.Kini aku rasakan tubuhku menjadi ringan, dan seluruh tubuhku dirasuki perasaan nikmat tiada tara, air maniku hendak keluar, dan aku bakal mencapai puncaknya. Aku percepat gerakanku. Aku tekan lebih kuat kontolku. Ahh, akhirnya kontolku tak kuat lagi menahannya. Maniku muncrat ke perut dan dada Pak Yadi-ku."Aouhh, Paak, luar biasaa, woow!" seruku.Pak Yadi mengusapkan seluruh air maniku ke seluruh permukaan perut dan dadanya sendiri. Dia menciumiku berkali-kali, lalu kami berpagutan panjang, sangat lama."Aryo..," katanya."Pak Yadi sayangku," kataku, lalu bibir kami kembali bertemu.Usai adegan penuh kenikmatan itu kami lalu mandi bersama. Aku menggosok seluruh permukaan tubuh Pak Yadi dengan sabun, sembari terus menciuminya. Aku benar-benar tak kuasa untuk tidak mencium dan menyentuh seluruh tubuh laki-laki itu. Bahkan meski aku baru saja mencapai klimak."Nanti malam tidur di sini saja, ya. Bapak akan berikan tubuh Bapak padamu, semuanya milikmu, setiap bagiannya," katanya.Setelah pulang sebentar, aku kembali ke rumah lelaki pujaanku. Kami bergulat penuh kenikmatan sepanjang malam hingga kelelahan. Aku terus menciumi tubuh laki-laki itu, bahkan ketika sudah lelap kecapaian. Pria yang begitu seksi, benar-benar seperti mimpi.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda